REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Penunjukan Carlo Ancelotti sebagai pelatih Real Madrid pada Juni 2021 terbilang cukup mengejutkan.
Pelatih asal Italia pun disebut-sebut bukanlah pilihan utama manajemen Madrid untuk menjadi pengganti Zinedine Zidane di kursi pelatih. Nama Massimiliano Allegri justru disebut-sebut menjadi kandidat utama pelatih Los Blancos pada saat itu.
Namun, Allegri menolak pinangan Los Blancos tersebut, dan kemudian akhirnya memilih kembali untuk menukangi Juventus menyusul pemecatan Andrea Pirlo. Ekpektasi terhadap Ancelotti sebenarnya tidak terlalu besar.
Maklum, sebelum dipercaya menukangi Madrid, eks pelatih AC Milan itu menukangi Napoli dan Everton. Prestasi dua tim itu di bawah kendali Ancelotti relatif kurang memuaskan.
Sementara I Partenopei gagal finish di empat besar Liga Italia, Everton juga terseok-seok di papan tengah Liga Primer Inggris.
Kendati begitu, Ancelotti malah mampu mengantarkan Los Blancos meraih dua gelar sekaligus pada musim perdana dalam kesempatan kedua menukangi Madrid.
Tidak hanya mengantarkan Madrid merengkuh titel La Liga, pelatih berusia 63 tahun itu juga mempersembahkan gelar juara Liga Champions pada musim lalu.
Mantan pelatih Bayern Muenchen itu mengaku lebih terbuka dan fleksibel dalam menerapkan sistem permainan, termasuk melakukan perubahan di tengah-tengah laga.
Kondisi ini, ujar Ancelotti, menjadi salah satu alasan keberhasilannya kembali meraih kesuksesan. ''Sebelumnya, saya cukup kesulitan untuk menerapkan sistem permainan dan strategi yang berbeda saat laga berjalan.”
“Kini, saya telah berubah dan lebih fleksibel. Era fundametalis dalam hal pilihan taktik sudah berakhir. Bakan, para pemain juga terus berkembang dan sudah tahu harus berada di posisi apa,'' kata Ancelotti dalam wawancara dengan Corriere dello Sport, Jumat (9/12).
Secara khusus, Ancelotti mengungkapkan, tidak ragu untuk menerapkan gaya permainan defensif dan oportunis dalam sebuah laga. Pilihan taktik dan strategi permainan ini sepenuhnya tergantung dengan barisan pemain yang dimilikinya.
Namun, pilihan taktik itu tetap memiliki batasan tertentu. ''Saya tidak malu untuk menerapkan permainan bertahan dan mengandalkan serangan balik."
"Jika Anda memiliki pemain-pemain, seperti Vinicius Junior, Kylian Mbappe, kemudian Anda tidak melihat permainan secara vertikal, maka hal itu adalah sebuah kejahatan,'' kata Ancelotti.
Ancelotti pun menyebut nama pelatih AS Roma, Jose Mourinho, sebagai pelatih yang paling piawai dalam menerapkan strategi ini. ''Dalam hal pendekatan ini, Mourinho menjadi pelatih terbaik di antara kami semua.”
“Dia pernah berkata sudah berhasil meraih begitu banyak kemenangan dangen permainan bertahan dan serangan balik,'' ujar mantan pelatih Chelsea itu.