Senin 12 Dec 2022 22:28 WIB

Meski Tidak Wajib tapi Jangan Lupakan Sunnah Nabi Muhammad SAW, Ini Alasannya

Sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW merupakan warisan yang berharga

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Nabi Muhammad (ilustrasi) .Sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW merupakan warisan yang berharga
Foto: Dok Republika
Nabi Muhammad (ilustrasi) .Sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW merupakan warisan yang berharga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ulama dan cendikiawan asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi (1878-1960 M) mengatakan, mengikuti setiap jenis sunnah Nabi SAW secara keseluruhan hanya dapat dilaksanakan oleh orang-orang pilihan yang istimewa.

Namun, setiap orang bisa mengikutinya dengan niat dan tekad untuk berkomitmen dan menerimanya. 

Baca Juga

Seperti telah diketahui bersama, kata Nursi, umat Islam harus berkomitmen dalam menjalankan sunnah yang bersifat wajib. 

Sementara sunnah yang bersifat sunnah jika ditinggalkan dan diabaikan, meskipun tidak berdosa, merupakan tindakan menyia-nyiakan ganjaran yang besar, serta jika diubah akan menjadi kesalahan besar.  

Adapun sunnah Nabi  SAW yang terkait dengan persoalan adat dan muamalah, jika diikuti akan mengubah adat tersebut menjadi sebuah ibadah. Orang yang meninggalkannya memang tidak tercela, hanya saja dengan begitu ia tidak mendapat cahaya kehidupan kekasih Allah SWT, Nabi SAW.

Adapun perbuatan bidah adalah tindakan membuat-buat hal baru dalam urusan ibadah. Tindakan tersebut tentu saja tertolak, sebab bertentangan dengan ayat yang berbunyi:

اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ "Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu". (QS Al-Maidah [5] : 3)

Tetapi, jika hal-hal baru itu terkait dengan masalah wirid, dzikir, dan bacaan—seperti yang terdapat dalam tarekat sufi—ia tidak termasuk bidah selama landasan utamanya terambil dari Alquran dan sunnah. 

Yaitu yang memenuhi syarat dengan tidak menyalahi dan mengubah sunnah Nabi SAW. 

Memang ada sebagian ulama yang memasukkan sebagian dari hal semacam itu sebagai bidah. Namun mereka menyebutnya sebagai “bidah hasanah”.  

Hanya saja, Imam Rabbani  berpendapat, “Dalam perjalananku mengarungi suluk rohani, aku melihat bahwa bacaan-bacaan yang bersumber dari Rasul SAW memantulkan kilau dan cahaya berkat pancaran sunnah beliau. 

Baca juga: Hidayah adalah Misteri, Dunia Clubbing Pintu Masuk Mualaf Ameena Bersyahadat

Sedangkan wirid-wirid yang hebat dan keadaan menakjubkan yang tidak bersumber dari beliau sama sekali tidak memantulkan kilau dan cahaya tersebut.

Dari sini aku kemudian memahami bahwa pancaran cahaya sunnah merupakan eliksir atau obat yang ampuh. Sunnah telah cukup bagi mereka yang mencari cahaya. Jadi, tidak perlu lagi mencari cahaya di luar itu.” 

"Pernyataan sang tokoh ahli hakikat dan syariat ini menjelaskan kepada kita bahwa sunnah merupakan pilar utama kebahagiaan seseorang, baik di dunia maupun di akhirat. Selain itu, ia merupakan sumber kesempurnaan dan kebaikan," jelas Nursi dalam bukunya yang bejudul Al-Lama'at terbitan Risalah Nur Press, halaman 116-117. 

"Ya Allah, karuniakanlah kepada kami kemampuan untuk mengikuti sunnah yang mulia!," tutupnya. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement