Selasa 13 Dec 2022 21:15 WIB

Jaksa AS: Oath Keeper Harus Dinyatakan Bersalah

Oath Keepers berusaha mempertahankan Donald Trump di Gedung Putih.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Gedung Putih
Foto: wordpress.com
Gedung Putih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Di pengadilan, jaksa federal Amerika Serikat (AS) mengatakan kelompok ekstrem kanan Oath Keepers harus dinyatakan bersalah menghasut orang menggunakan kekerasan untuk menghentikan perpindahan kekuasaan dengan damai pada 6 Januari 2021. Usaha mereka mempertahankan Donald Trump di Gedung Putih.

Pada Senin (12/12/2022) kemarin menandai dimulai sidang kedua Departemen Kehakiman yang melibatkan Oath Keeper. Kali ini melibatkan terdakwa David Moerschel, Joseph Hackett, Roberto Minuta, dan Edward Vallejo.

"Para terdakwa memutuskan membawa pemilihan presiden ke tangan mereka sendiri saat mereka mencoba menghentikan perpindahan kekuasaan presiden dengan paksa untuk pertama kalinya dalam sejarah negara kami," kata jaksa umum Troy Edwards saat menyampaikan argumen pemerintah.

Argumen pembukaan ini disampaikan dua pekan usai jaksa memenangkan sidang penghasutan untuk melakukan kekerasan pertama terhadap pendiri Oath Keepers Stewart Rhodes dan empat orang lainnya.

Di sidang pertama yang berlangsung selama delapan pekan itu, juri memutuskan Rhodes dan ketua Oath Keeper cabang Florida Kelly Megges bersalah atas dakwaan penghasutan. Sementara membebaskan Kenneth Harrelson, Jessica Watkins dan Thomas Caldwell dari tuduhan itu.

Lima orang lainnya juga divonis menghalangi proses hukum yakni upaya kongres meresmikan hasil pemilihan presiden. Juri juga menjatuhkan berbagai vonis lainnya pada beberapa dakwaan termasuk dua dakwaan konspirasi.

Dakwaan penghasutan dan menghalangi proses hukum dapat membuat terdakwa dihukum hingga 20 tahun penjara. Empat orang yang saat ini disidang kasus penghasutan menghadapi dakwaan yang sama dengan Rhodes.

Karena ruangan yang terbatas dan resiko penyebaran Covid-19, Hakim Distrik Amit Mehta memecah kasus ini menjadi dua sidang. Selain penghasutan empat orang terdakwa juga didakwa menghalangi proses hukum, dan berkonspirasi mencegah anggota Kongres melaksanakan tugas mereka.

Jaksa mengatakan Rhodes dan rekan-rekannya berencana menggunakan kekerasan untuk mencegah Kongres meresmikan kemenangan Joe Biden dalam pemilihan Presiden AS.

Pada hari itu Moerschel, Hackett, Minuta, Meggs, Watkins, dan Harrelson yang merupakan pendukung Trump masuk ke Capitol Hill dengan pakaian taktis tempur.

Edwars mengatakan Minuta yang memimpin beberapa anggota Oath Keeper masuk ke Capitol Hill bentrok dengan polisi. Sementara semuanya berteriak "gedung mereka".

Vallejo diduga tetap tinggal di sebuah hotel di utara Virginia. Tempat Oath Keeper berecana menggelar "aksi reaksi cepat" yang menurut jaksa disertai senjata api yang siap dikirim ke Washington.

Tidak satupun dari terdakwa dalam sidang ini yang mengakui nama Rhodes. Pendiri Oath Keeper pada tahun 2009.

Para anggotanya termasuk mantan personel dan personel militer, polisi, dan petugas cepat tanggap. Mereka bersenjatakan lengkap, menggelar unjuk rasa dan kegiatan politik di seluruh AS.

Termasuk unjuk rasa rasialis usai gelombang demonstrasi yang dipicu kematian George Floyd oleh polisi kulit putih pada 2020 lalu. Tak satupun dari terdakwa dalam persidangan ini memiliki pengakuan nama Rhodes, yang mendirikan grup tersebut pada tahun 2009.

Anggotanya, yang meliputi personel militer AS saat ini dan pensiunan, petugas penegak hukum, dan responden pertama, telah muncul, seringkali bersenjata lengkap, dalam protes dan acara politik di seluruh Amerika Serikat, termasuk demonstrasi keadilan rasial setelah pembunuhan George Floyd tahun 2020 oleh seorang petugas polisi kulit putih Minneapolis.

Hackett dan Moersch anggota cabang Florida, sementara jaksa penuntut mengatakan Minuta sebelumnya menjabat sebagai "pemimpin" Oath Keeper wilayah New York. Vallejo anggota kelompok itu dari Arizona.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement