REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Maroko adalah sebuah negara di Afrika Utara yang memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di Eropa.
Orang-orang Arab menyebutnya al-Mamlakah al-Maghribiyah atau Kerajaan Barat, sedangkan orang Persia mengenalnya Marrakech (tanah Tuhan).
Maroko merupakan wilayah yang strategis di Afrika Utara sehingga dari Maroko pun menjadi gerbang masuknya Islam ke Spanyol. Suku asli bangsa Maroko adalah suku Berber, suku yang sangat kuat dan keras.
Menurut Abdul Latif dalam Skripsinya “Dinasti Alawiyah: Kontribusi Maulay Ismail pada Kemajuan Kebudayaan di Maroko’ menyebutkan, Islam pertama kali masuk ke Maroko dibawa oleh Jenderal Uqbah Ibn Nafi dari Dinasti Umayyah, di bawah perintah khalifah Muawiyah ibn Sofyan yang memiliki tekad untuk menaklukkan Maroko dari bangsa Romawi.
Setelah ditaklukkan, suku Berber yang terkenal liar dan sulit diatur, ditambah dengan belum menguatnya Islam di kawasan tersebut, membuat bangsa Berber di bawah pimpinan Kusailani melakukan pemberontakan.
Momentum ini tidak dilewatkan bangsa Romawi untuk terus merebut Maroko dari kekuasaan Islam.
Perjuangan Uqbah menjaga tanah Maroko dilanjutkan Hasan ibn Nu'man yang melancarkan serangan di wilayah Tunisia, tetapi kembali dikalahkan pasukan Berber di bawah pimpinan Ratu Al-Kahina.
Sepeninggal ratu Al Kahina, atas izin khalifah Abdul Malik ibn Marwan, Hasan Ibn Nu'man kembali menundukkan suku Berber dan menjadikan wilayah kekuasaan Islam.
Namun, bangsa Berber kerap kali selalu melakukan pemberontakan. Hingga kemudian Dinasti umayyah di bawah kepemimpinan Khalifah Al Walid bin Abdul Malik (705-715), memerintahkan Musa bin Nushair menjadi Gubernur di daerah Maroko.
Menyebarkan Islam di Afrika Utara lebih berat dibandingkan penyebaran Islam di wilayah lain. Bangsa Berber berkali-kali memberontak dan mencoba melepaskan diri dari kekuasaan Islam, dan bangsa Romawi kerap memanfaatkan kericuhan tersebut.
Dikutip dari buku “Bangkit dan Runtuhnya Andalusia” Raghib As Sirjani, menyebutkan bahwa penaklukkan wilayah Afrika Utara ini memakan waktu kurang lebih 53 tahun, dan atas keberhasilan panglima Thariq bin Ziyad, yang kemudian diangkat Musa bin Nusair untuk memerintah Maroko setelah ditaklukkan.
Sejak saat itu Thariq menetap di Maroko untuk memberikan memperkuat akidah dan agama Islam. Selama berada di kekuasaan Islam, Islam tidak pernah memperbudak ataupun menguasai.
Islam justru membebaskan mereka dari pemimpin yang dzalim seperti ketika mereka dikuasai bangsa Romawi.
Kemasyhuran Islam semakin tercium bangsa Siberia yang saat itu dipimpin Raja Roderick. Rakyat Siberia meminta Thariq untuk membebaskan mereka dari rajanya yang zalim dan dibenci rakyat.
Baca juga: Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat
Thariq segera meminta izin Musa untuk berangkat menuju Andalusia. Thariq dan pasukannya kemudian bergerak dan menyebrangi selat yang kemudian dikenal dengan nama selat Jabal Thariq atau Gibraltar, karena Thariq pada saat menyeberangi selat tersebut berhenti di gunung itu.
Tariq kemudian menuju kawasan Jazirah Al Khadhra (green Island), di sana dia berhadapan dengan pasukan selatan Andalusia yang merupakan pelindung pasukan kristen di kawasan tersebut. Thariq menawarkan mereka untuk memeluk Islam dan memberikan pilihan, namun mereka menolak dan memilih perang.
Panglima mereka bernama Tedmore yang kemudian berkirim surat kepada Raja Roderick. Kabar pergerakan maju Thariq sampai kepada Roderick yang pada mulanya hanya menganggap serangan pasukan Islam tersebut hanya bagian dari penyamun.