REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengantisipasi dinamika perekonomian global. Hal ini merespon sejumlah lembaga internasional yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 di bawah lima persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan dalam APBN Tahun Anggaran 2023, pemerintah telah menetapkan asumsi makro, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan sebesar 5,3 persen. “Nanti kita akan lihat dampaknya terhadap pelaksanaan APBN, baik dari sisi penerimaan maupun belanja, juga defisit dan pembiayaan,” ujarnya saat konferensi pers APBN KiTA, Selasa (20/12/2022).
Sementara itu Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menambahkan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 masih sangat kuat jika dibandingkan dengan negara G20 dan negara ASEAN. “Dengan estimasi yang sudah dikeluarkan lembaga internasional, Indonesia secara konsisten berada pada posisi yang estimasinya lebih tinggi dibandingkan banyak negara, terutama dibandingkan dengan negara G20 dan ASEAN,” katanya.
Febrio menjelaskan, sejauh ini dampak dari gejolak ekonomi global ke perekonomian mampu diatasi dengan baik, misalnya tingkat inflasi yang cukup terkendali hingga akhir tahun ini. “Bagaimana tingkat suku bunga global cukup bisa kita filter dampaknya bagi Indonesia, capital outflow dari Indonesia juga relatif terbatas dibanding banyak negara lain, dampak ke suku bunga domestik juga relatif lebih termitigasi dibanding banyak negara lain,” jelasnya.