Kamis 22 Dec 2022 13:59 WIB

WHO Prihatin Atas Situasi Covid-19 di China

Angka resmi kasus Covid-19 di China sulit untuk dipastikan.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
 Pengunjung berbaris di dekat konter kasir di Rumah Sakit Pusat No. 2 Baoding di kota Zhuozhou di provinsi Hebei, China utara pada Rabu, 21 Desember 2022. China hanya menghitung kematian akibat pneumonia atau gagal napas dalam jumlah kematian resmi COVID-19, kata seorang pejabat kesehatan China, dalam definisi sempit yang membatasi jumlah kematian yang dilaporkan, karena wabah virus melonjak setelah pelonggaran pembatasan terkait pandemi.
Foto: AP Photo
Pengunjung berbaris di dekat konter kasir di Rumah Sakit Pusat No. 2 Baoding di kota Zhuozhou di provinsi Hebei, China utara pada Rabu, 21 Desember 2022. China hanya menghitung kematian akibat pneumonia atau gagal napas dalam jumlah kematian resmi COVID-19, kata seorang pejabat kesehatan China, dalam definisi sempit yang membatasi jumlah kematian yang dilaporkan, karena wabah virus melonjak setelah pelonggaran pembatasan terkait pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus sangat prihatin dengan situasi Covid-19 di China menyusul angka resmi China yang sulit untuk dipastikan.

"WHO sangat prihatin dengan situasi yang berkembang di China," kata Tedros seperti dikutip laman Aljazirah, Kamis (22/12/2022).

Ia meminta informasi terperinci tentang tingkat keparahan penyakit, perawatan di rumah sakit, dan persyaratan perawatan intensif. Sementara itu Direktur Kedaruratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Mike Ryan mengatakan, China mungkin berjuang untuk mempertahankan penghitungan infeksi Covid-19 karena negara itu mengalami lonjakan besar kasus

"Di China, yang dilaporkan adalah jumlah kasus yang relatif rendah di ICU, tetapi secara riwayat ICU sudah penuh,” kata direktur kedaruratan WHO Mike Ryan. "Saya tidak ingin mengatakan bahwa China secara aktif tidak memberi tahu kami apa yang sedang terjadi. Saya pikir mereka berada di belakang kurva," imbuhnya.

WHO mengatakan siap bekerja sama dengan China untuk memperbaiki cara negara itu mengumpulkan data seputar faktor kritis seperti rawat inap dan kematian. China menggunakan definisi kematian Covid-19 yang sempit dan melaporkan tidak ada kematian baru.

Ini bahkan melewati satu dari penghitungan keseluruhannya sejak pandemi dimulai. Kini China mencatat 5.241 kematian yang merupakan sebagian kecil dari jumlah korban di banyak negara yang jauh lebih sedikit penduduknya.

Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan hanya kematian yang disebabkan oleh pneumonia dan gagal napas pada pasien yang terkena virus yang diklasifikasikan sebagai kematian akibat Covid-19.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement