REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi tajam pada penutupan perdagangan Rabu (28/12/2022). IHSG melemah 1,05 persen ke level 6.850,52 setelah sempat menguat signifikan pada perdagangan kemarin.
Sementara indeks saham di Asia sore ini ditutup variatif (mixed) dengan kecenderungan naik tipis. "investor mulai mempertimbangkan sejumlah rintangan yang di hadap ekonomi global di tahun 2023," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnyaa, Rabu (28/12/2022).
Selain itu, investor berusaha menebak seberapa tinggi bank –bank sentral, terutama Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan untuk memerangi inflasi tanpa mendorong ekonomi masuk ke dalam resesi.
Investor juga mencerna rilis risalah pertemuan kebijakan (Summary of Opinion) bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ) bulan ini. Dokumen ini menggambarkan diskusi pejabat BoJ mengenai prospek kenaikan upah yang dapat menghilangkan risiko Jepang kembali terjun ke dalam deflasi.
Pejabat BOJ juga mengekspresikan kekhawatiran mengenai pemburukan pada fungsi pasar surat utang Pemerintah Jepang. Intisari yang diambil oleh investor dari dokumen ini adalah cara BOJ mengkomunikasikan pandangan mereka. Dengan kata lain, perubahan kebijakan moneter di masa mendatang juga akan datang secara tiba-tiba tanpa pengarahan (forward guidance) atau sosialisasi terdahulu.
Dari sisi makroekonomi, investor mencerna rilis data Industrial Production Jepang yang turuin tipis 0,1 persen M/M di bulan November, membaik dari kejatuhan 3,2 persen di bulan Oktober dan lebih baik dari estimasi penurunan 0,3 persen M/M. Namun demikian, ini menandakan penurunan data Industrial Production selama tiga bulan beruntun.
Investor mempunyai ekspektasi data resmi Manufacturing PMI bulan Desember Cina yang dijadwalkan rilis pada hari Sabtu oleh National Bureau of Statistics (NBS) akan keluar di level 48 atau tidak berubah dari pencapaian pada bulan sebelumnya dan bertahan di zona kontraksi selama tiga bulan beruntun.
Beberapa sektor yang menekan pergerakan IHSG hari ini yaitu Energi, Non Siklikal dan Industri Dasar. Saham-saham yang masuk dalam jajaran top losers antara lain BYAN, ITMG, UNTR, MREI dan GGRM.