REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Pemerintah Kota Bandung tengah menggencarkan upaya pengurangan titik-titik banjir dengan memperbanyak pembangunan kolam retensi. Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengatakan, pada 2023 mendatang, diperkirakan ada beberapa kolam retensi lagi yang akan diresmikan. "Kolam retensi tahun ini 2022 sekitar tujuh kolam. Tahun 2023 itu ada 2-3 kolam retensi lagi," tuturnya. "Ini ikhtiar Pemkot Bandung untuk mengatasi banjir. Walaupun curah hujan tinggi, surutnya cepat," sambung Yana.
Dia juga menekankan bahwa terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi cepat tidaknya waktu surut air, mulai dari intensitas curah hujan, drainase, sumur imbuhan hingga rumah pompa. Salah satu wilayah yang memiliki durasi surut cukup cepat adalah Jalan Pasteur. "Cepatnya daya serap ini karena adanya kolam retensi," kata dia.
Yana juga mengimbau masyarakat agar membuang sampah pada tempatnya. Penyumbatan saluran pembuangan, kata dia, dapat berpengaruh besar pada daya serap dan durasi surutnya air. "Saya titip jangan buang sampah sembarangan. Itu pengaruhnya besar, karena di beberapa titik genangan banjir itu ketika saluran bersihkan ada ban, plastik hingga springbed," katanya.
Pada Selasa (27/12) lalu, Pemerintah Kota Bandung meresmikan kolam retensi Ciraga Wetland Park di Kelurahan Cisurupan, Cibiru. Kolam retensi Ciraga menjadi kolam retensi ketujuh yang diresmikan Pemkot Bandung, menyusul kolam retensi di Taman Lansia, Kandaga Puspa, Sarimas, Sirnaraga, Rancabolang, dan Gedebage. “Mudah-mudahan ini bisa membantu mengurangi dampak banjir yang biasa terjadi di kota bandung, karena memang walaupun tidak hujan, kita sering dapat banjir kiriman,” ujar Yana saat meresmikan Kolam Retensi Ciraga Wetland Park di Kelurahan Cisurupan, Cibiru, Selasa (27/12/2022).
Kepala DSDABM Kota Bandung, Didi Ruswandi mengatakan, kolam retensi Ciraga memiliki luas 5.396 meter persegi dan ditujukan sebagai pusat konservasi air. Wetland terdiri dari tiga kolam konservasi, dengan luas 218 meter persegi, 59,61 meter persegi dan 53 meter persegi, dengan total kolam seluas 330,61 meter persegi. Kolam-kolam ini diharapkan dapat membantu pelestarian sumber-sumber mata air di Kota Bandung yang saat ini hanya tersisa sebanyak 67 mata air. “Dulu itu ada sekitar 300-400 seke (mata air), tapi pada 2018 terdata hanya sekitar 167 saja, dan yang masih ada airnya hanya 67 saja,” ungkap Didi.