REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Bencana iklim membawa kerugian material yang sangat tinggi. Sepuluh badai, banjir, dan kekeringan termahal pada 2022 menelan biaya setidaknya tiga miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Tahun 2022 dianggap sebagai tahun yang ‘menghancurkan’ untuk perubahan iklim. Sebuah laporan menunjukkan dari badan amal Christian Aid telah menyoroti bencana terkait iklim terburuk tahun ini. Dunia melihat badai yang lebih intens, hujan deras dan kekeringan yang didorong oleh kenaikan suhu global sebagai akibat dari aktivitas manusia.
Dilansir dari Metro, Kamis (29/12/2022), bencana iklim itu termasuk badai dan kekeringan di Inggris Raya (UK) dan Eropa. Badai Ian memiliki dampak finansial terbesar, sebesar 100 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1,5 triliun, ketika melanda AS dan Kuba dan September.
Badai itu menyebabkan 130 kematian dan membuat lebih dari 40.000 orang mengungsi, kata sebuah laporan dari badan bantuan itu.
Dampak terbesar dalam hal biaya manusia adalah banjir Pakistan pada Juni hingga September. Menurt para ilmuwan, banjir Pakistan lebih mungkin terjadi karena perubahan iklim. Badai Pakistan menyebabkan 1.739 kematian dan membuat tujuh juta orang mengungsi.
Banjir itu menelan biaya 5,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp 87,5 triliun, meskipun itu hanya kerugian yang diasuransikan. Biaya sebenarnya dari banjir dahsyat itu diperkirakan lebih dari 30 miliar dolar, kata Christian Aid.
Bencana iklim menyebabkan kematian
Bersamaan dengan 10 peristiwa paling mahal, laporan dari badan amal menyoroti insiden terkait iklim penting lainnya yang juga menyebabkan kematian, migrasi, kehancuran, dan kerusakan lingkungan. Bencana itu termasuk banjir di Malaysia, Brasil, dan Afrika Barat, kekeringan berkepanjangan di Tanduk Afrika, gelombang panas di India dan Pakistan, Arktik, dan Antartika, kebakaran hutan di Chile, badai di Afrika tenggara dan Filipina, dan topan tropis di Bangladesh.