Jumat 30 Dec 2022 14:15 WIB

Tumbuh Positif di 2022, Begini Prospek Pasar Saham di 2023

Analis menilai prospek pasar saham di 2023 amat tergantung kenaikan suku bunga global

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Refleksi layar menampilkan pergerakan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.  Pasar saham Indonesia masih tetap membukukan pertumbuhan meski dihadapkan berbagai tekanan global maupun domestik di sepanjang 2022. Kondisi tersebut ditandai dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tumbuh positif pada tahun ini.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Refleksi layar menampilkan pergerakan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Pasar saham Indonesia masih tetap membukukan pertumbuhan meski dihadapkan berbagai tekanan global maupun domestik di sepanjang 2022. Kondisi tersebut ditandai dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tumbuh positif pada tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar saham Indonesia masih tetap membukukan pertumbuhan meski dihadapkan berbagai tekanan global maupun domestik di sepanjang 2022. Kondisi tersebut ditandai dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tumbuh positif pada tahun ini. 

Hingga 29 Desember 2022, indeks berada di zona positif dan bertengger di level 6.860,07. Sejak awal tahun, IHSG telah mengalami penguatan sebesar 4,43 persen walaupun sempat mengalami kejatuhan yang cukup dalam di level 6.509,87.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM, mengatakan beberapa sentimen positif maupun negatif mewarnai gerak IHSG sepanjang 2022. Kinerja positif IHSG mendapat dukungan dari sentimen kenaikan harga komoditas. 

"Kenaikan harga harga komoditas akibat konflik Rusia dan Ukraina mengerek sektor energi naik hingga 100 persen," kata Roger kepada Republika, Jumat (30/12). 

Sebagai informasi, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi emiten energi yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada tahun ini. Secara year-to-date (ytd), BYAN melesat naik hingga 682 persen ke level 21.125 dari sebelumnya yang sempat menyentuh level 2.580. 

Selanjutnya harga saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menguat hingga 70,22 persen sejak awal tahun dan kini berada di posisi 3.830. Sementara PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) telah menguat 1.600 persen sejak pertama kali mencatatkan sahamnya di Bursa.

Sentimen positif lainnya, menurut Roger, berasal dari data ekonomi dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal ketiga tahun ini tercatat tumbuh 5,72 persen dan neraca perdagangan Indonesia surplus 31 bulan berturut turut.

Di sisi lain, tren kenaikan suku bunga menjadi penyebab beratnya pergerakan IHSG. Seperti diketahui, bank sentral AS Federal Reserve (the Fed) telah menaikkan suku bunga acuan hingga tujuh kali sepanjang 2022 untuk meredam tingkat inflasi. Sejalan dengan itu, suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) juga terus dikerek 

Untuk 2023, Roger memprediksi pasar saham masih akan menunggu perkembangan global terutama kenaikan suku bunga yang diprediksi masih akan naik. Kemungkinan terjadinya resesi bisa menekan harga komoditas.

Menurut Roget, kondisi tersebut akan bisa membawa keuntungan bagi sektor konsumer. Dari dalam negeri, tahun pemilihan diyakini dapat meningkatkan konsumsi domestik.

Roger melihat, sektor perbankan dan noncyclical bisa menjadi pilihan untuk tahun 2023. Pertumbuhan kredit yang masih akan tumbuh serta konsumsi domestik dan penurunan bahan baku akan menguntungkan bagi konsumer," tutup Roger.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement