REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setiap tahun tak lepas dari fenomena astronomi. Begitu pula tahun 2023. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan ada empat gerhana yang terjadi, dua gerhana matahari dan dua gerhana bulan.
Gerhana pertama adalah Gerhana Matahari Hibrida pada 20 April 2023. Ini adalah gerhana matahari yang memiliki dua macam gerhana berbeda yang terjadi dalam satu waktu secara berurutan dalam satu fenomena. Yakni, dimulai dengan Gerhana Matahari Cincin berubah menjadi Gerhana Matahari Total lalu kembali menjadi Gerhana Matahari Cincin dalam waktu singkat.
Untuk lokasi yang dilalui Gerhana Matahari Hibrida adalah Pulau Kisar, P. Maopora, Pulau Damar, P. Watubela, Kp. Antalisa, Randepandai, Roswar, Pulau Num, Wooi Serui, dan Biak Kota. Fenomena selanjutnya adalah Gerhana Bulan Penumbra 5-6 Mei 2023.
Gerhana dapat diamati dari arah tenggara ke barat daya untuk zona WIB. Sedangkan untuk zona WITA, gerhana dapat diamati dari arah selatan ke barat daya. Untuk zona WIT, gerhana dapat diamati dari arah barat daya ke barat.
Kemudian pada 29 Oktober 2023 akan terjadi Gerhana Bulan Sebagian/Parsial. Durasi Parsial di seluruh Indonesia kecuali lima provinsi di Pulau Papua yang tidak mengalami kontak akhir sebagian adalah satu jam 17 menit.
Dilansir Instagram BRIN @lapan_ri, Jumat (30/12/2022), durasi Parsial untuk kota Manokwari, Jayapura, Nabire, Wamena, dan Merauke, masing-masing sebesar satu jam sepuluh menit, 41 menit, satu jam dua menit, 47 menit, dan 36 menit. Gerhana dapat diamati dari arah barat laut hingga barat untuk zona WIB dan barat untuk zona WITA dan WIT.
Sedangkan gerhana terakhir, yaitu Gerhana Matahari Cincin 15 Oktober tidak dapat disaksikan di Indonesia. Sebab, Indonesia tidak terkena bayangan antumbra maupun penumbra Bulan. Selain itu, fase Bulan Baru terjadi saat Bulan masih berada di bawah ufuk untuk seluruh wilayah Indonesia.