Kamis 05 Jan 2023 08:49 WIB

Pendukung Mantan Presiden Peru Kembali Turun Ke Jalan

Demonstran memblokir sejumlah jalan tol setelah protes terhenti selama dua pekan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
 Seorang pendukung Presiden terguling Pedro Castillo mengembalikan tabung gas air mata ke polisi di Lima, Peru, Senin, 12 Desember 2022. Kongres Peru memilih untuk mencopot Castillo dari jabatannya Rabu dan menggantikannya dengan wakil presiden, tak lama setelah Castillo berusaha membubarkan legislatif menjelang pemungutan suara yang dijadwalkan untuk menghapusnya.
Foto: AP/Martin Mejia
Seorang pendukung Presiden terguling Pedro Castillo mengembalikan tabung gas air mata ke polisi di Lima, Peru, Senin, 12 Desember 2022. Kongres Peru memilih untuk mencopot Castillo dari jabatannya Rabu dan menggantikannya dengan wakil presiden, tak lama setelah Castillo berusaha membubarkan legislatif menjelang pemungutan suara yang dijadwalkan untuk menghapusnya.

REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- Pengunjuk rasa yang menolak pemakzulan mantan Presiden Peru Pedro Castillo kembali turun ke jalan pada Rabu (4/2/2023). Demonstran memblokir sejumlah jalan tol setelah protes terhenti selama dua pekan.

Unjuk rasa ini menewaskan dua lusin orang pada bulan Desember lalu. Perdana Menteri Peru Alberto Otarola mengatakan secara keseluruhan situasinya "normal" meski sejumlah pemblokiran di wilayah Cusco dan Peno berdampak pada pergerakan wisatawan dan pedagang.

Otarola mengatakan masyarakat memiliki "hak" untuk protes tapi ia meminta demonstrasi berjalan damai. Perwakilan kelompok sipil dan serikat buruh dari 10 wilayah yang berhaluan kiri di selatan Peru mengumumkan kembali menggelar unjuk rasa.

Mereka menuntut Presiden Peru saat ini Dina Boluarte mengundurkan diri, Kongres ditutup, konstitusi diubah dan Castillo dibebaskan. Sejak bulan lalu Peru dilanda gelombang unjuk rasa setelah Castillo dimakzulkan dan ditangkap.

Unjuk rasa tersebut menewaskan 22 dua orang dalam bentrokan antara demonstran dan tentara. Enam orang lainnya tewas dalam insiden yang berkaitan dengan pemblokiran.

Pihak berwenang mengatakan sekitar 2.062 wisatawan dievakuasi dari destinasi wisata  Machu Picchu. Layanan kereta juga dihentikan sementara untuk mengantisipasi unjuk rasa.

Castillo yang berkuasa selama hampir 17 bulan mencoba membubarkan Kongres dan mengatur ulang badan yudisial. Wakil Presiden saat itu Boluarte naik jabatan dan berjanji memajukan jadwal pemilihan umum.

Tayangan televisi menunjukkan polisi dan tentara menjaga kantor-kantor institusi pemerintah di beberapa daerah. Di mana pengunjuk rasa diumumkan akan digelar termasuk di wilayah Ayacucho, daerah yang paling banyak korban tewas dalam demonstrasi sebelumnya.

Pada Selasa (3/1/2023) lalu ribuan untuk berpawai di Lima dan daerah lain menuntut "kedamaian dan ketenangan." Castillo dalam tahanan pra-sidang menunggu proses penyelidikan atas dakwaan "pemberontakan". Mantan presiden itu membantah dakwaan tersebut.

Boluarte mendirikan pusat "Pengendalian dan Pemantauan Krisis" bersama menteri pertahanan dan dalam negeri. "Saya meminta perdamaian, ketenangan dan persatuan untuk mendorong pembangunan di tanah air," kata Boluarte di pidatonya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement