REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Di balik kritik pedas orientalis Barat terhadap sosok Nabi Muhammad SAW, di sisi lain, masih banyak kita temukan pendangan positif dari sarjana Barat.
Pandangan netral orientalis yang mencoba “membela” Nabi Muhammad dilakukan di antaranya oleh Thomas Carlyle, Loria Valeri, Edward Gibbon, Stanly Lane-Pole, Thomas W Arnold dan lainnya.
Bahkan, Michael H Hart menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai urutan pertama orang yang paling berpengaruh dalam sejarah.
Katanya, “My choice of Muhammad to lead the list of the world’s most influential per sons may surprise some reader and maybe questioned by others. But he has only man in history who was supremely successful on both religion and secular levels.”
(Jatuhnya pilihan saya pada Muhammad untuk memimpin di tempat teratas daftar pribadi-pribadi yang paling berpengaruh di dunia ini mungkin mengejutkan beberapa pembaca dan mungkin pula dipertanyakan oleh yang lainnya. Namun dia memang satu-satunya orang dalam sejarah yang telah berhasil secara unggul dan agung, baik dalam bidang keagamaan maupun bidang keduniawian) (Michael H Hart, The 100 : A Ranking of The Most Influential person in History, 1918).
Sementara itu, George Bernard Shaw mengatakan dalam De Karcht van den Islam, “Seperti Napoleon, saya pun lebih suka akan ajaran Muhammad. Saya yakin bahwa seluruh imperium Inggris akan menganut ajarannya sebelum abad ini berakhir. Pribadi Muhammad sangat agung. Saya kagumi dia dan saya menganut dia dalam pandangan hidupnya.” (M Hashem, Kekaguman Dunia Terhadap Islam, 1983). Komentar itu jelas terlalu berlebihan mengingat Shaw tidak menganut ajaran Nabi Muhammad SAW.
Baca juga: Al-Fatihah Giring Sang Ateis Stijn Ledegen Jadi Mualaf: Islam Agama Paling Murni
Lamartine pun memuji Nabi Muhammad dengan penuh kata-kata indah. “Philosopher, orator, apostle, legislator, warrior, conqueror of ideas, restorer of rational dogmas, of a cult without images, the founder of twenty terrestrial empires and of one spiritual empire. That is Muhammad. As regard all standards by which human greatness may be measured, we may well ask, it there any man greater than he?”
(Filosof, orator, rasul, pembuat undang-undang, pejuang, penakluk ide-ide, pembangun dogma rasional dari suatu agama tanpa berhala, pendiri dua puluh imperium dunia dalam satu imperium spiritual. Itulah dia Muhammad. Merupakan segala standar untuk mengukur kebesaran manusia. Kita boleh bertanya, adakah orang yang lebih besar daripada dia?) (Lamartine, Histories de la Turquoises, 1854).