REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hewan unta digunakan untuk alat transportasi orang dan barang pada masa lalu. Susu dan dagingnya juga dapat dikonsumsi.
Ini adalah hewan yang menjadi andalan Nabi Shaleh mendakwahkan tauhid kepada Kaum Ad dan Tsamud. Mereka adalah kaum yang mengukir bukit batu menjadi tempat tinggal, seperti yang terdapat di al-Ula, Madain Shaleh, dan Petra.
Nah pada masa lalu, unta adalah hewan yang menjadi andalan banget. Kisah mengenai unta ini ditulis oleh Syaikhul Islam Imam Fakhruddin ar-Razi, ahli tafsir, filsafat, dan sejumlah keilmuan.
Suatu ketika, ada segerombolan orang mengendarai unta berjalan menapaki daerah kering di Jazirah Arab. Kemudian mereka mengaku tak mengenal jalan yang dilewati. Padahal, mereka adalah orang yang banyak menghabiskan waktu untuk melakukan perjalanan.
Karena sudah putus asa. Dia melepas ikatan untanya. Lalu dia biarkan si unta berjalan bebas ke arah mana si hewan itu suka. Maka si unta itu melangkahkan kakinya. Sementara itu si musafir berjalan mengikuti si unta sambil bertanya-tanya ke mana ini hewan hendak berjalan.
Setelah lama berjalan, hewan itu sampai ke daerah yang pernah dilewati si musafir. “Oh saya tahu jalan ini. Dari sini bisa menuju ke tempat anu dana nu,” kata si musafir, sebagaimana ditulis Fakhruddin ar-Razi dalam buku Firasat.
Sang imam penulis Kitab Tafsir Mafatihul Ghayb itu menjelaskan, berkat si unta, para musafir dapat melanjutkan perjalanan mengarah ke tempat yang jelas. Berkat unta, orang yang hendak tersesat, akan luntang lantung, bahkan bisa jadi akan kehilangan nyawa, menjadi terarah, dan terselamatkan dari ketidakjelasan tujuan.
Allah memiliki cara melindungi hamba-Nya, seperti melalui hewan unta yang dianugerahkan firasat arah jalan.