Jumat 13 Jan 2023 18:05 WIB

BRIN Minta Dosen Lakukan Riset yang Aplikatif 

Industri kreatif memberikan peluang besar yang bisa dimanfaatkan mahasiswa.

Rep: Arie Lukihardianti / Red: Agus Yulianto
Seminar Sinergi Program BRIN dengan Kegiatan MBKM Kampus Masa Depan” di Universitas Pasundan (Unpas), Jumat (13/1/2023),
Foto: Istimewa
Seminar Sinergi Program BRIN dengan Kegiatan MBKM Kampus Masa Depan” di Universitas Pasundan (Unpas), Jumat (13/1/2023),

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Marsudi Wahyu Kisworo berharap, perguruan tinggi harus menghasilkan penelitian yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Dia mengajak, dosen di lingkungan Unpas untuk fokus melakukan riset yang berorientasi pada bisnis. Agar, betul-betul dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Oleh karena itu, Prof Marsudi menekankan, pentingnya menggali riset yang aplikatif dan tidak sebatas memenuhi syarat terindeks jurnal Scopus atau jurnal bereputasi internasional. “Meski penting, tapi kalau terlalu fokus, nantinya dosen hanya akan berorientasi pada jurnal dan publikasi saja. Padahal, banyak inovasi yang harus dikembangkan dan lebih berguna,” ujar Prof Marsudi, dalam kegiatan pencerahan “Sinergi Program BRIN dengan Kegiatan MBKM Kampus Masa Depan” di Universitas Pasundan (Unpas), Jumat (13/1/2023). 

Menurut Prof Marsudi, 2045 mendatang, Indonesia diproyeksi menjadi negara maju. Namun, diperlukan SDM yang mumpuni guna merealisasikan hal tersebut dan mewujudkan transformasi ekonomi.

Oleh karena itu, kata dia, BRIN tengah membuat empat masterplan riset dan teknologi untuk menjawab permasalahan krusial yang dihadapi Indonesia. Yakni, kedaulatan pangan, kesehatan, energi, dan kekurangan air bersih.

Terkait kedaulatan pangan, kata dia, tidak berkutat pada masalah pertanian, tapi juga logistik, processing, dan distribusi. Perlu ada substitusi pangan dan rekayasa proses pangan agar Indonesia tidak mengandalkan ekspor.

Sementara di sektor kesehatan, kata dia, BRIN sedang merancang penelitian untuk mewujudkan kemandirian kesehatan, baik obat-obatan maupun peralatannya. "Masalah energi juga tidak kalah penting. 2030 mendatang, dunia sepakat untuk menghapus 30 persen PLTU batu bara. Sementara 92 persen listrik di Indonesia masih memanfaatkan PLTU batu bara. Paling memungkinkan menggunakan nuklir, tapi masyarakat kita masih harus diedukasi agar tidak banyak kekhawatiran,” paparnya.

Prof Marsudi meminta, dosen Unpas untuk ikut berkontribusi dan membina mahasiswa agar mulai melakukan penelitian. Kampus juga diimbau untuk menerapkan sistem pendidikan yang inovatif dan berbasis wirausaha.

“Problemnya, pendidikan kita lebih banyak menghambat kemandirian dan membentuk mental pegawai, bukan mental kreatif. Padahal, industri kreatif memberikan peluang besar yang bisa dimanfaatkan mahasiswa,” katanya.

Sementara menurut Rektor Unpas Prof Eddy Jusuf, sharing bersama petinggi BRIN dibutuhkan. Karena, berkaitan dengan program MBKM dan persiapan menyongsong perguruan tinggi generasi ke-4.

“Ini juga dalam rangka memelihara atmosfer akademik, supaya dosen terus terpacu untuk membantu kampus mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi,” katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement