Ahad 15 Jan 2023 12:25 WIB

Imam Ekrema Sabri Peringatkan Bahaya Yahudisasi Masjid Al-Aqsa yang Semakin Masif  

Israel melakukan upaya Yahudisasi Masjid Al-Aqsa dengan beragam kebijakan

Rep: Zahrotul Oktaviani / Red: Nashih Nashrullah
Polisi Israel mengawal pengunjung Yahudi ke kompleks Masjid Al-Aqsa, yang dikenal oleh umat Islam sebagai Tempat Suci Mulia dan bagi orang Yahudi sebagai Temple Mount, di Kota Tua Yerusalem, Selasa, 3 Januari 2023. Itamar Ben-Gvir, seorang ultranasionalis Menteri Kabinet Israel, mengunjungi situs suci Yerusalem pada hari Selasa untuk pertama kalinya sejak menjabat dalam pemerintahan baru sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu minggu lalu.
Foto: AP Photo/Maya Alleruzzo
Polisi Israel mengawal pengunjung Yahudi ke kompleks Masjid Al-Aqsa, yang dikenal oleh umat Islam sebagai Tempat Suci Mulia dan bagi orang Yahudi sebagai Temple Mount, di Kota Tua Yerusalem, Selasa, 3 Januari 2023. Itamar Ben-Gvir, seorang ultranasionalis Menteri Kabinet Israel, mengunjungi situs suci Yerusalem pada hari Selasa untuk pertama kalinya sejak menjabat dalam pemerintahan baru sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu minggu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Imam Masjid Al-Aqsa, Sheikh Ekrema Sabri memperingatkan umat Islam di seluruh dunia tentang bahaya di sekitar Masjid Al-Aqsa. Pernyataan tersebut disampaikan di tengah serangan berulang kali yang didukung Pemerintah Israel. 

“Skema Yahudisasi yang direncanakan sebelumnya sedang dilaksanakan langkah demi langkah dan tahap demi tahap,” ucap Sheikh Sabri selama khutbah Jumat, dikutip di Middle East Monitor, Ahad (15/1/2023). 

Baca Juga

Lebih lanjut, Sheikh Ekrema juga menyerukan kepada umat Islam di seluruh dunia agar berupaya mengenali langkah dan bahaya ini. Dia menegaskan kembali, rakyat Palestina tidak akan pernah melepaskan satu partikel pun dari tanah Masjid Al-Aqsa. 

Masjid itu bagian dari agama dan keyakinan umat, sekaligus hubungan bersama di antara dua miliar Muslim di seluruh dunia.  Tidak berhenti disitu, dia lantas mengutuk serangan yang dilakukan pasukan Israel terhadap kuburan di Palestina, terutama Yerusalem. 

Perlu dicatat, sekitar 70 ribu Muslim dari Tepi Barat yang diduduki dan Israel melakukan shalat Jumat di Masjid Al-Aqsa. 

Polisi pendudukan Israel yang ditempatkan di gerbang Masjid Al-Aqsa dan di Kota Tua memeriksa jamaah dan mencegah banyak orang mencapai tempat suci tersebut. 

Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir memasuki halaman Masjid Al-Aqsa dengan perlindungan pasukan pendudukan Israel pada Selasa (3/1/2023).

Kompleks Al-Aqsa telah dikelola secara turun temurun selama ratusan tahun oleh umat Islam di bawah wakaf keagamaan.

Wakaf yang didanai Yordania terus mengelola situs tersebut sejak 1967, sementara Israel memegang kendali keamanan. Di bawah kesepakatan lama, status quo Al-Aqsa hanya mengizinkan Muslim menunaikan salat. Sedangkan kunjungan non-Muslim hanya diizinkan pada waktu tertentu.

Sekretariat Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang berbasis di Jeddah, dengan keras mengutuk tindakan tersebut. OKI menyebutnya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional.

OKI mendesak masyarakat internasional untuk bertanggung jawab dan mengakhiri ketidakstabilan yang memicu pelanggaran ini.

Baca juga: Al-Fatihah Giring Sang Ateis Stijn Ledegen Jadi Mualaf: Islam Agama Paling Murni

Kecaman organisasi Arab dan Muslim regional menambah seruan komunitas internasional untuk mendukung rakyat Palestina dan menekan pendudukan Israel untuk berkomitmen pada resolusi legitimasi internasional dan menghidupkan kembali negosiasi perdamaian, solusi dua negara dan inisiatif Arab untuk perdamaian.

Al-Aqsa mewakili situs tersuci ketiga di dunia. Orang Yahudi, sementara itu, menyebut daerah itu Temple Mount, mengatakan itu adalah situs dua kuil Yahudi di zaman kuno.

Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat al-Aqsa berada, selama Perang Arab-Israel tahun 1967. Israel menganeksasi seluruh kota pada 1980, dalam suatu langkah yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional. 

 

Sumber: middleeastmonitor 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement