REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Perut bumi Indonesia tidak hanya kaya akan minyak bumi tapi juga gas alam. Data dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) menyebutkan cadangan minyak Indonesia saat ini sebanyak 4,4 ribu juta barrel dan cadangan gas alam sebanyak 112,5 triliun cubic feat.
Sayangnya melimpahnya cadangan gas alam di Indonesia belum bisa dinikmati semua rakyat Indonesia. Ini lantaran belum memadainya jaringan infastruktur pipa gas yang menghubungkan daerah penghasil gas dengan daerah lainnya.
Sumber penghasil gas alam terbesar terdapat di Indonesia Tengah (Kalimantan Timur) dan Indonesia Timur (Papua) sementara jaringan pipa gas saat ini masih banyak memenuhi Indonesia Barat (Pulau Jawa).
Geografis wilayah Timur ditengarai menjadi salah satu penghambat pembangunan jaringan pipas gas di wilayah ini. Tidak meratanya penyebaran gas ini tentu menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi pemerintah yang dalam hal ini dijalankan oleh SKK Migas.
Untuk itu salah satu cara pendistribusian gas alam yang diterapkan oleh SKK Migas adalah LNG (Liquefied Natural Gas). Gas alam dalam bentuk LNG ini didistribusikan lewat blok-blok LNG yang tersebar di berbagai wilayah, sehingga gas alam dari Papua tersebut dapat dinikmati oleh rakyat di seluruh Indonesia.
Pendistribusian gas alam dalam bentuk LNG ini terbukti dapat meratakan pemanfaatan sumber daya alam yang tak terbarui tersebut. Konversi dari minyak ke gas yang sudah dimulai sejak tahun 2010 ini juga bisa memperlambat habisnya minyak bumi yang sampai tahun 2013 telah melakukan pengeboran minyak sebanyak 208 kali.
Namun di atas semua kesadaran akan mengehemat sumber daya alam ini juga menjadi kuci utama. Dukungan bisa dilakukan dengan melakukan hal-hal kecil seperti mematikan listrik jika tidak diperlukan, tidak menggunakan motor atau mobil jika jarak tempuh dekat dan lain sebagainya.
Tumbuhnya kesadaran masyarakat ini diharapkan mampu memperlambat habisnya kandungan minyak bumi selagi pemerintah melakukan eksplorasi untuk wilayah kerja yang lain yang juga terdapat migas. Sehingga energi tersebut bisa tetap bisa dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia terutama untuk generasi yang akan datang.
Penulis: Juni Wulan Ningsih -- Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta