REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menilai pasar saham domestik memiliki prospek yang positif pada tahun 2023. Hal itu tercermin dari aliran modal investor asing yang sudah mulai kembali setelah sempat mengalir keluar pada tahun lalu.
Sepanjang 2022, modal asing yang keluar dari kawasan negara berkembang, kecuali China, mencapai sekitar 60 miliar dolar AS. Namun pada periode yang sama, Indonesia justru menerima aliran modal asing hingga empat miliar dolar AS.
"Memasuki 2023, cuaca untuk kelas saham jauh lebih positif dibanding 2022. Arus investor asing mulai berbalik," kata Senior Portfolio Manager Equity MAMI, Samuel Kesuma dalam webinar 2023 Market Outlook: Seeds of Opprtunity, Selasa (17/1/2023).
Menurut Samuel, faktor pendukung yang membuat pasar saham domestik menarik bagi investor yaitu dibukanya kembali (reopening) aktivitas ekonomi di China pada akhir tahun lalu. Berkaca dari dalam negeri, reopening biasanya akan diikuti dengan fenomena balas dendam atau revenge di aktivitas ekonomi.
Samuel melihat, fenomena revenge tersebut juga akan terjadi di China mulai dari belanja hingga melakukan perjalanan. Samuel memperkirakan, fenomena revenge spending di China akan sangat membantu ekonomi global keseluruhan bisa tumbuh lebih baik, termasuk di Indonesia.
"Itu juga yang menjadi alasan investor semakin positif ke aset kelas saham. Sehingga 2023 cuacanya lebih cerah untuk aset berisiko termasuk saham," jelas Samuel.
Hal lainnya yang membuat pasar saham domestik cukup cerah di tahun 2023 yaitu faktor penguatan nilai tukar rupiah. Saat pasar melihat Fed Funds Rate (FFR) sudah akan mencapai puncaknya, biasanya laju penguatan dolar AS cenderung melambat.
Penguatan mata uang lokal penting untuk investor asing karena akan mempengaruhi total return yang didapatkan. Penguatan nilai mata uang lokal akan membuat keuntungan investasi menjadi lebih tinggi.
"Currency ini akan menjadi tambahan daya tarik investor asing mau berinvestasi di Indonesia," terang Samuel.
Dengan berbagai faktor pendukung itu, Samuel memproyeksi IHSG di akhir 2023 bisa menembus level 8.040. Menurutnya, dari sisi fundamental kondisi Indonesia tahun ini tidak kalah baik dengan 2022.
Sementara di 2023, kontribusi dari konsumsi domestik akan jauh lebih besar. Beberapa faktor pendukungnya antara lain kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) yang lebih tinggi serta peningkatan belanja menjelang pemilu.