Selasa 17 Jan 2023 14:13 WIB

Perbankan Syariah Berdaya Tahan pada 2023

Non Performing Financing (NPF) perbankan syariah 2,68 persen per Agustus 2022.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Hery Gunardi memaparkan kinerja BSI Triwulan III/2022 di Jakarta, Kamis (27/10/2022). BSI mencatatkan pertumbuhan kinerja signifikan dan berkualitas dilihat dari kinerja positif yang berlanjut pada kuartal III/2022, dengan laba bersih yang meningkat 42 persen secara year on year (YoY) mencapai Rp3,21 triliun.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Hery Gunardi memaparkan kinerja BSI Triwulan III/2022 di Jakarta, Kamis (27/10/2022). BSI mencatatkan pertumbuhan kinerja signifikan dan berkualitas dilihat dari kinerja positif yang berlanjut pada kuartal III/2022, dengan laba bersih yang meningkat 42 persen secara year on year (YoY) mencapai Rp3,21 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Bank Syariah Indonesia, Hery Gunardi meyakini saat ini industri perbankan masih memiliki daya tahan yang baik. Termasuk juga industri perbankan syariah di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi.

"Kami coba melihat di industri perbankan syariah itu inline dengan yang terjadi industri perbankan secara umum," kata Hery dalam dalam Webinar OJK Institute Tren perbankan Tahun 2023, Selasa (17/1/2023).

Baca Juga

Dia menjelaskan hal tersebut terlihat dari indikator atau rasio di industri perbankan yang masih sangat bagus. Mulai dari Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal yang menurut Hery untuk perbankan syariah atau secara nasional masih sangat kuat di atas 23 sampai 25 persen.

"Ini menunjukan daya tahan perbankan juga bagus," ucap Hery.

Lalu dari sisi Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR), Hery menilai juga cukup bagus di atas 81 persen. Kondisi tersebut menurutnya cukup baik untuk perbankan syariah, nasional, dan konvensional.

Dia menambahkan, Return On Asset (ROA) perbankan juga masih berada di sekitar 1,95 persen sampai 2,5 persen. "Ini kami lihat masih menunjukkan pertumbuhan yang signifikan," tutur Hery.

Dari sisi kualitas pembiayaan, Non Performing Financing (NPF) di perbankan syariah juga cukup tajam penurunannya dibandingkan 2021. Hery menyebut, pada Agustus 2022 secara industri, NPL untuk perbankan konvensional masih 3,01 persen, perbankan nasional sekitar 2,9 persen, dan untuk perbankan syariah 2,68 persen.

"Efisiensi juga dari segi BOPO dan biaya operasional kita melihat berkisar 76 sampai 77 persen," ungkap Hery.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement