Sabtu 21 Jan 2023 00:01 WIB

Meski Dibatasi Israel, al-Aqsha Tetap Jadi Tempat Shalat Jumat 75 Ribu Muslim

Muslim Palestina akan terus memperjuangkan al-Aqsha yang merupakan tempat suci ketiga

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi shalat jumat di al-aqsha
Foto: AP/Mahmoud Illean
Ilustrasi shalat jumat di al-aqsha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Masjid suci ketiga Umat Islam, al-Aqsha, tak pernah sepi dari perhatian dunia. Meski dibatasi pasukan Israel, masjid al-Aqsha tetap menjadi tempat utama shalat jumat bagi 75 ribu Muslim Palestina.

Mereka memenuhi area al-Qibli, halaman, dan Kubbatus Shakhrah yang diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad SAW mi’raj ke langit hingga sampai ke Sidratul Muntaha bertemu para nabi dan Allah.

Tampak para jamaah shalat Jumat Muslim laki-laki berjejer dalam banyak saf. Mereka pada awalnya duduk mendengarkan khotbah. Kemudian ketika iqamah dikumandangkan, mereka berdiri, bertakbiratul ihram, dan mengikuti apa yang dikerjakan imam sampai dua rakaat shalat.

Sebelumnya, Menteri Israel Itamar Ben-Gvir nekat memasuki area al-Aqsha. Hal itu mengundang kecaman dari banyak pihak, karena dianggap melanggar aturan orang Yahudi tak boleh masuk ke area al-Aqsha.

Bantuan

Sementara itu, Lembaga kemanusiaan Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) melanjutkan proses penyaluran bantuan musim dingin dari masyarakat Indonesia untuk warga Gaza, Palestina. Bantuan paket musim dingin berupa pakaian hangat serta selimut ini merupakan lanjutan dari bantuan pertama yang telah didistribusikan pada tanggal 2 Januari yang lalu. 

Menurut Ketua KNRP Soeripto, bantuan tersebut langsung disalurkan tim KNRP ke rumah-rumah pengungsian pada Senin (9/1). Dia menuturkan, kondisi pengungsian itu saat ini jauh dari kata layak sehingga banyak yang masih perlu dibantu dan dibenahi agar masyarakat bisa tinggal dengan nyaman.

“Kondisi isolasi jalur Gaza oleh Israel telah membuat masyarakat Palestina semakin menderita. Indonesia dalam hal ini harus berperan aktif baik secara diplomasi maupun sosial untuk membantu warga di sana. Sebagai entitas kemanusiaan, KNRP rutin mengkonsolidasi bantuan dari masyarakat Indonesia dan menyalurkan ke sana,” ujarnya.

Soeripto juga menilai, PBB harus memperhatikan secara serius konflik ini agar tidak terus mengakibatkan korban lebih banyak lagi. Selain itu, akibat agresi ini, makin bertambah jumlah anak-anak yatim, meningkatnya angka pengangguran akibat blokade, hidup di tenda-tenda karena rumah mereka dibombardir jet tempur Israel .

Apalagi dalam setiap perang, katanya, Israel selalu menyasar anak-anak. Sepertiga korban yang tewas akibat serangan militer penjajah itu berumur 4 hingga 17 tahun. 

"Selain itu juga ada wanita dan orang tua. Ini sangat menyedihkan bagi warga Palestina di sana karena banyak anak-anak yang menjadi yatim piatu, dan orang tua kehilangan generasinya. Apalagi PBB seolah terlihat pasif terhadap konflik Palestina ini," ujarnya.

Dia mengatakan, hampir tiap tahun Gaza selalu diserang secara agresif oleh Israel. Tahun 2021 di bulan Mei pun Israel telah memborbardir Gaza dengan korban lebih dari 287 jiwa yang meninggal, 8900 mengalami luka-luka di mana 67 di antaranya adalah anak-anak, 40 wanita dan 17 lansia. Lalu tahun 2022 kembali melakukan serangan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement