REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang mengenal peningkatan rasa haus dan lapar, lelah, hingga penurunan berat badan sebagai gejala diabetes tipe 2. Faktanya, beragam gejala tersebut cenderung lebih sering terlihat pada kasus diabetes tipe 1 dibandingkan diabetes tipe 2.
Secara umum, diabetes merupakan kondisi kronis atau jangka panjang yang memengaruhi cara tubuh mengubah makanan menjadi energi. Kondisi ini bisa mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar gula darah di luar batas normal.
"Seiring waktu, (diabetes yang tak terkontrol akan) menyebabkan kerusakan di berbagai sistem tubuh, terutama pada pembuluh darah dan saraf," jelas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laman resminya, baru-baru ini.
Secara umum, diabetes bisa dibagi menjadi tiga jenis yakni diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional. Diabetes tipe 1 terjadi akibat reaksi autoimun yang menghambat kinerja pankreas dalam memproduksi insulin.
Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh tak mampu menggunakan insulin secara optimal sehingga kadar gula darah jadi meningkat. Diabetes gestasional adalah diabetes yang terjadi selama kehamilan pada ibu hamil yang sebelumnya tak mengidap diabetes.
Menurut data dari WHO, lebih dari 95 persen kasus diabetes merupakan jenis diabetes tipe 2. Ironisnya, kasus diabetes tipe 2 bisa berlangsung selama 9-12 tahun tanpa disadari sebelum akhirnya terdiagnosis. Hal tersebut diungkap dalam Journal of Clinical & Translational Endocrinology.
Hal ini mungkin terjadi karena kemunculan diabetes tipe 2 cenderung lebih senyap bila dibandingkan dengan diabetes tipe 1. Meski begitu, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan agar beragam kondisi diabetes dapat terdeteksi lebih dini. Berikut ini adalah upaya-upaya tersebut, seperti dilansir laman ABPLive:
Diabetes tipe 1
Kepala Centre for Endocrinology and Diabetes di Amrita Hospital, dr Harish Kumar, mengatakan diabetes tipe 1 umumnya muncul secara tiba-tiba. Kondisi ini biasanya muncul pertama kali pada usia kanak-kanak.
"Dalam beberapa kasus, diabetes tipe 1 juga bisa muncul (pertama kali) pada usia yang lebih tua," kata dia.
Ketika diabetes tipe 1 muncul, penderita biasanya langsung merasakan beragam gejala seperti peningkatan rasa haus dan lapar, frekuensi berkemih meningkat, muncul rasa lelah, hingga penurunan berat badan. Diabetes tipe 1 umumnya akan terdiagnosis dalam waktu 2-3 pekan setelah gejala muncul.
"(Keempat gejala tersebut) harus diwaspadai," kata Kepala Departemen Endokrinologi di Artemis Hospital, dr Dheeraj Kapoor.
Diabetes tipe 1 umumnya tak memiliki faktor risiko khusus. Kemunculan diabetes tipe 1 bahkan dapat dipicu oleh infeksi virus menurut dr Kumar. Terkadang, diabetes tipe 1 bisa terjadi tanpa sebab yang jelas.
"Jadi tak ada faktor risiko yang jelas untuk diabetes tipe 1," ujar dr Kumar.
Diabetes tipe 2
Berbeda dengan diabetes tipe 1, dr Kumar mengatakan diabetes tipe 2 cenderung muncul dalam kesenyapan. Sebagian besar kasus diabetes tipe 2 baru terdeteksi ketika pasien melakukan tes darah.
Gejala-gejala seperti penurunan berat badan, rasa lelah, peningkatan frekuensi berkemih, infeksi pernapasan, hingga infeksi saluran kemih bisa terjadi pada pasien diabetes tipe 2. Namun, dr Kumar mengatakan mayoritas pasien diabetes tipe 2 tak menunjukkan gejala. Tak heran bila diabetes tipe 2 bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun sebelum terdeteksi.
Hal lain yang membedakan diabetes tipe 1 dan tipe 2 adalah faktor risikonya. Bila diabetes tipe 1 tak memiliki faktor risiko yang jelas, diabetes tipe 2 memilikinya. Menurut dr Kapoor, beberapa faktor risiko diabetes tipe 2 adalah riwayat keluarga, obesitas, mengidap PCOS, dan pernah mengalami diabetes gestasional.
Faktor risiko lain dari diabetes tipe 2 adalah pola hidup tak aktif, memiliki masalah kolesterol tinggi, serta tekanan darah tinggi. Semakin banyak faktor risiko yang dimiliki seseorang, semakin besar pula peluang mereka untuk terkena diabetes tipe 2. Begitu pula sebaliknya.
"Jadi ada faktor risiko yang jelas," ujar dr Kumar.