REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketidakpastian ekonomi global mengancam sejumlah negara akan mengalami resesi pada tahun ini. Meskipun begitu, Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Tbk. Jahja Setiaatmadja yakin Indonesia tidak akan mengalami resesi. Dia
“Kalau saya sih yakin dan haqqul yakin Indonesia tidak akan masuk ke resesi yang ditakutkan. Memang akan banyak negara-negara yang menghadapi resesi, lalu kok Indonesia bisa beda? Ojo dibandingke ya,” kata Jahja dalam konferensi video paparan kinerja BCA 2022, Kamis (26/1/2023).
Jahja membayangkan Indonesia seperti kelinci di dalam kebun binatang yang terawat dan berada di lingkungan yang baik. Kondisi itu berbeda dengan negara lain yang diibaratkan seperti kelinci di hutan liar yang tidak terawat dan tidak memiliki lingkungan yang baik.
“Jadi lingkungan yang akan membedakan (Indonesia dengan negara lain),” tutur Jahja.
Jahja juga yakin Indonesia memiliki kekuatan ekspor yang luar biasa dan kebutuhan devisa yang mencukupi. Jahja mencontohkan, kegiatan ekspor CPO dan tambang membutuhkan tenaga kerja yang menurutnya sangat berdampak positif bagi Indonesia.
“Memang hasil devisa penting tapi yang lebih penting lagi buat Indonesia bagaimana tenaga kerja sebanyak itu dibutuhkan. Karena penambahan tenaga kerja bisa menambah buying power masyarakat secara menyeluruh. Pendapatannya bertambah tetapi mereka akan mengirimkan dana itu ke keluarga nah itu meningkatkan buying power,” jelas Jahja.
Jahja menilai efek berganda dari kegiatan ekspor di Indonesia luar biasa. Hal itu yang menambah keyakinannya, Indonesia tidak akan menghadapi resesi seperti yang ditakutkan.
“Ke depan (buying power) akan meningkat apalagi pemerintah tahun ini kenaikan UMR boleh sampai 10 persen disesuaikan perusahaan. Tapi ini sangat positif untuk meningkatkan buying power masyarakat,” ungkap Jahja.