REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam beberapa tahun terakhir, alpukat menjadi buah yang semakin populer karena potensi manfaat kesehatannya. Alpukat merupakan sumber lemak tak jenuh tunggal yang menyehatkan jantung, yang telah dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung.
Ada juga kandungan vitamin dan mineral, termasuk vitamin K, folat, potasium, vitamin C, dan vitamin E untuk pertumbuhan tubuh dan perbaikan jaringan. Sebuah penelitian menemukan bahwa konsumsi alpukat dapat menurunkan kolesterol total dan low density lipoprotein (LDL) yang sering dijuluki kolesterol jahat.
Kolesterol merupakan komponen integral bagi tubuh manusia yang diproduksi oleh liver. Menjaga kadar kolesterol yang sehat sangat penting untuk menjaga membran sel yang sehat, memproduksi hormon seperti estrogen dan testosteron, serta sintesis vitamin D.
LDL adalah sumber utama plak yang menyumbat arteri. Sementara, high density lipoprotein (HDL) alias “kolesterol baik”, menyerap LDL dan membawanya kembali ke liver untuk dikeluarkan dari tubuh. Kadar kolesterol HDL yang tinggi dapat menurunkan risiko penyakit jantung.
Salah satu manfaat konsumsi alpukat yang paling banyak dipelajari adalah dampaknya terhadap kadar kolesterol. Menurut berbagai penelitian, mengonsumsi alpukat dapat mengatur kadar kolesterol HDL dan kolesterol LDL karena secara alami tinggi lemak tak jenuh tunggal yang menyehatkan jantung.
Karena mengandung vitamin seperti C dan K, buah itu adalah sumber serat yang baik. Alpukat pun merupakan sumber fitosterol atau nutrisi penurun kolesterol. Pada 2019, penelitian oleh University of Penn State membuktikan bahwa makan satu buah alpukat sehari dapat membantu menekan kadar kolesterol jahat.
Dalam studi pemberian makan terkontrol secara acak, para peneliti menemukan bahwa makan satu alpukat sehari dikaitkan dengan tingkat LDL yang lebih rendah. Khususnya, partikel LDL padat yang kecil dan LDL teroksidasi pada orang dewasa yang obesitas.
Secara keseluruhan, konsumsi alpukat setiap hari menghasilkan penurunan kolesterol total 2,9 miligram per desiliter (mg/dL) dan kolesterol LDL menurun 2,5 mg/dL di antara peserta penelitian. Secara khusus, penelitian tersebut menemukan bahwa alpukat membantu mengurangi partikel LDL yang teroksidasi.
Partikel-partikel ini memulai reaksi berantai yang dapat menyebabkan aterosklerosis. Ini mirip dengan cara oksigen merusak makanan, seperti potongan apel yang berubah warna menjadi cokelat di suhu ruang, para peneliti pun mengatakan oksidasi buruk bagi tubuh manusia.
Setelah lima pekan menjalani diet alpukat, peserta memiliki kadar kolesterol LDL teroksidasi yang jauh lebih rendah daripada sebelum penelitian dimulai, atau setelah menyelesaikan diet rendah dan sedang. Peserta juga memiliki tingkat lutein, antioksidan yang lebih tinggi, setelah diet alpukat. Semua LDL buruk, termasuk LDL kecil dan padat, dapat diatasi oleh alpukat.
Temuan studi telah diterbitkan dalam Journal of Nutrition and Dietetics. Para peneliti juga tidak menemukan dampak negatif konsumsi alpukat terhadap berat badan. Namun, penting untuk dicatat bahwa alpukat juga tinggi kalori dan lemak.
Meskipun lemak dalam alpukat sebagian besar tak jenuh tunggal, mengonsumsinya dalam jumlah berlebihan dapat berisiko. Oleh karena itu, disarankan untuk mengonsumsi alpukat dalam jumlah yang dianjurkan sebagai bagian dari diet sehat.
Terlepas dari kesan alpukat sebagai buah serbaguna, tetap penting untuk menerapkan gaya hidup sehat. Itu termasuk pola makan seimbang, aktivitas fisik teratur, hidrasi yang cukup, tidur yang cukup, dan mengelola stres penting untuk menjaga kesehatan jantung, dikutip dari laman Indian Express, Sabtu (28/1/2023).