REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasa bersyukur punya pengaruh besar terhadap keseimbangan kesehatan mental seseorang. Para peneliti dari Irlandia menemukan bahwa rasa syukur memiliki efek penyangga stres yang unik, termasuk pemulihan dari stres psikologis akut.
Selanjutnya, kondisi itu disinyalir dapat berkontribusi pada peningkatan kesehatan jantung. Riset itu digagas oleh para peneliti dari Universitas Maynooth dan Universitas Limerick di Irlandia, yang sudah diterbitkan di Journal of Psychophysiology.
Penelitian sebelumnya menunjukkan, rasa syukur memainkan peran untuk menangkal stres. Akan tetapi, sampai saat ini hanya sedikit yang diketahui tentang dampak variabel-variabel ini pada pemulihan kardiovaskular dari stres psikologis akut.
Pada studi terbaru, tim peneliti berupaya mengungkap pengaruh dari memoderasi hubungan antara rasa syukur dan reaksi kardiovaskular terhadap stres psikologis akut. Riset melibatkan 68 mahasiswa sarjana (24 laki-laki dan 44 perempuan), berusia 18-57 tahun.
Studi menggunakan desain eksperimental, di mana stres diinduksi pada subjek dengan tugas laboratorium, kemudian dilakukan pengukuran reaktivitas kardiovaskular. Hasilnya menunjukkan peserta yang bersyukur punya respons tekanan darah sistolik yang lebih rendah selama periode pengujian stres. Tekanan darah sistolik adalah tekanan saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh.
Temuan ini dianggap memiliki kegunaan klinis karena ada beberapa intervensi syukur berbiaya rendah yang dapat berkontribusi pada kesejahteraan. Itu juga mendukung penelitian terdahulu, bahwa peserta studi yang menulis jurnal rasa syukur memiliki hasil kardiovaskular yang lebih baik daripada mereka yang tidak.
Hasil penelitian terbaru itu dinilai bisa dikombinasikan dengan sejumlah studi sebelumnya. Perpaduan itu bisa menempatkan rasa syukur menjadi titik intervensi yang berguna untuk peningkatan kesehatan jantung, dikutip dari laman Newswise, Sabtu (28/1/2023).