REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sepak bola Indonesia Mohamad Kusnaeni menilai fenomena sedikitnya pelatih lokal di sebuah liga domestik menjadi hal yang lumrah terjadi. Menurutnya setiap klub mempunyai pertimbangan masing-masing untuk menunjuk pelatih yang sesuai dengan kebutuhan. Hal itu, kata dia, juga terjadi di sepak bola Eropa termasuk Inggris.
"Kebutuhan pelatih itu kan sangat penting, sehingga kita tidak bisa mengatur klub apakah mereka harus menggunakan pelatih lokal atau pelatih asing. Fenomena ini juga terjadi di Inggris, mayoritas klub-klub Inggris juga kan menggunakan pelatih asing, hanya satu-dua yang menggunakan pelatih lokal," kata Kusnaeni saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (7/2/2023).
Saat ini, hanya tersisa dua dari 18 klub Liga 1 yang menggunakan jasa pelatih lokal, yakni Persebaya Surabaya yang ditangani oleh Aji Santoso dan PSS Sleman yang dipegang oleh Seto Nurdiantoro. Adapun klub seperti PSIS Semarang menggunakan jasa mantan pemain Muhammad Ridwan sebagai carateker setelah pemecatan terhadap Sergio Alexandre.
Kusnaeni mengatakan situasi ini menggambarkan bahwa pelatih lokal belum sepenuhnya bisa mengangkat performa klub. Tapi dia juga tidak menafikan bahwa banyak pelatih asing yang gagal mengangkat performa klub juga dipecat dari kursi pelatih kepala. "Klub liga 1 kasta tertinggi itu kan standarnya performa, kalau tidak perform maka wajar kalau dicopot," kata Kusnaeni.
Sebab itu, kata dia, pelatih harus bisa benar-benar menunjukkan kemampuannya dengan mengangkat performa klub. Pelatih-pelatih lokal harus bisa menjawab tantangan dengan meningkatkan kemampuannya agar berada di level yang sama dengan pelatih-pelatih asing. Kusnaeni menyarankan agar pelatih lokal mau lebih banyak belajar lagi.
"Harus belajar terus, jangan taktiknya monoton. Lihat bagaimana Thomas Doll membawa Persija Jakarta berkembang, atau Luis Milla membawa Persib Bandung berkembang. Mereka harus bisa mempelajari itu," kata Kusnaeni.
Menurutnya ketersediaan materi pemain tidak benar-benar bisa menjadi alasan bagi pelatih yang gagal membawa timnya berkembang. Dia mencontohkannya dengan situasi di PSM Makassar, dimana Bernardo Tavares mempunyai materi pemain yang tidak lebih baik dari musim sebelumnya. Kusnaeni menilai, meskipun materi pemainnya biasa-biasa saja, pelatih tetap bisa mengembangkan tim jika mengenali kemampuan pemainnya.
"Materi pemain PSM saat ini mungkin sedikit di bawah musim kemarin. Tapi karena pelatihnya bagus, mengenali karakter pemain dan mempunyai keragaman taktik dan konsep bermain yang jelas, tim akan mudah menerjemahkannya di lapangan," ujarnya.
Selain itu, Kusnaeni juga menjelaskan bagaimana Luis Milla yang datang di tengah musim - saat Persib Bandung sedang terpuruk - tetapi bisa membawa Persib ke papan atas tanpa belanja pemain kecuali satu orang yang baru bergabung beberapa waktu lalu, yaitu Rezaldi Hehanusa.
"Jadi pelatih nggak bisa cari-cari alasan. Dan sebagian pelatih lokal itu kan yang dipercaya memegang tim dari awal. Jadi bukan masalah tak ada kesempatan atau kurang diberikan peluang," kata Kusnaeni.