Rabu 08 Feb 2023 12:51 WIB

Penyaluran Kredit BRI Tembus Rp 1.139,08 Triliun

NPL BRI secara konsolidasian yang manageable dilevel 2,67 persen.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Lida Puspaningtyas
Jajaran Direksi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk saat konferensi pers Paparan Kinerja Kuartal IV 2022 BRI, di Jakarta, Selasa (8/2/2023)
Foto: Dok. BRI
Jajaran Direksi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk saat konferensi pers Paparan Kinerja Kuartal IV 2022 BRI, di Jakarta, Selasa (8/2/2023)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) telah menyalurkan kredit Rp 1.139,08 triliun pada 2022. Portofolio kredit Mikro tumbuh 13,9 persen (yoy) dan menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit terus meningkat menjadi 84,74 persen.

"Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan didukung dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat," kata Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) Sunarso, Rabu (8/2/2023).

Baca Juga

Sunarso menjelaskan, hal tersebut terlihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR) secara konsolidasian yang terjaga di level 87,09 persen. Sementara Capital Adequacy Ratio (CAR) BRI tercatat sebesar 25,54 persen.

Terkait penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI juga berhasil mencatatkan kinerja positif. Hingga akhir Kuartal IV 2022, DPK Perseroan tercatat tumbuh 14,85 persen yoy menjadi sebesar Rp 1.307,88 triliun.

Dana murah (CASA) melesat menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI dengan peningkatan sebesar 21,46 persen (yoy). Secara umum saat ini proporsi CASA BRI tercatat 66,70 persen.

Keberhasilan BRI dalam menjalankan fungsi intermediasi juga mampu diimbangi dengan manajemen risiko yang prudent. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL BRI secara konsolidasian yang manageable dilevel 2,67 persen.

Disamping itu, BRI menyiapkan pencadangan yang cukup dengan NPL Coverage tercatat sebesar 305,73 persen, meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage di akhir tahun 2021 yang sebesar 281,16 persen.

"Pencadangan yang memadai tersebut merupakan langkah antisipatif dan upaya mitigasi risiko menghadapi ketidakpastian perekonomian global, kenaikan inflasi dan suku bunga, serta potensi perlambatan ekonomi," kata Sunarso.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement