REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Markija memberikan kesempatan mahasiswa/mahasiswi politeknik dan sekolah vokasi Indonesia untuk melaksanakan magang di industri Eropa. Diharapkan dengan mengikuti program magang Markija, mahasiswa/mahasiswi vokasi di Indonesia mampu meningkatkan pengetahuan profesional dan keahlian internasional.
"Markija adalah sociopreneurship di bidang edukasi di mana mahasiswa/mahasiswi yang terpilih mengikuti program magang Markija akan melaksanakan magang selama dua tahun, mendapatkan tunjangan dan fasilitas standar Eropa, tanpa dipungut biaya," ujar Chairman Markija Dr Heru Dewanto dalam acara Program Magang Markija ke Eropa untuk Mahasiswa Vokasi Indonesia, di Century Park Hotel, Jakarta, Senin (6/2/2023), seperti dalam siaran persnya, Jumat (10/2/2023).
Menurut Dr Heru Dewanto, program ini sejalan dengan Program Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Kemendikbudristek RI sehingga mahasiswa/mahasiswi akan mendapatkan kredit akademik selama melaksanakan magang di Eropa.
Pada acara ini, Markija menjadi tuan rumah yang dipimpin oleh Dr Heru Dewanto selaku Chairman Markija dan Bence Schmatovich selaku Presiden Direktur Markija. Markija bersama dengan mitranya dari Eropa, Prohuman, mengundang perwakilan dari industri Samsung Hongaria dan juga mengundang Duta Besar Hongaria untuk Indonesia, HE Lilla Karsay, Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi Kemendikbud Ristek RI, Dr Beny Bandanadjaja, serta para direktur politeknik dan dekan sekolah vokasi di Indonesia.
Selama tahun 2022, Markija sudah berkontrak dengan berbagai industri di Eropa, yakni di Hongaria, Republik Ceko, dan Rumania untuk memberangkatkan lebih dari 1.300 mahasiswa/mahasiswi magang. Saat ini, sudah lebih dari 600 mahasiswa/mahasiswi Indonesia yang diberangkatkan. Markija berperan penting sebagai pembuka pintu antara para mahasiswa/mahasiswi vokasi Indonesia dengan industri-industri di Eropa.
Dr Heru Dewanto menjelaskan bahwa program magang ini nantinya akan dilakukan ke berbagai negara. "Model ini bagus, akan diterapkan ke seluruh politeknik di Indonesia dan akan dilakukan ke semua negara. Saat ini masih tiga negara, yakni Hongaria, Ceska, dan Rumania," ujarnya.
Dr Heru Dewanto menyatakan, pihaknya akan menyasar semua negara industri di Eropa. Karena hukum paling dasar dari ekonomi adalah, supply dan demand. "Kita memiliki banyak SDM vokasi terampil, namun industrinya tidak banyak, di sana sebaliknya industri banyak, SDM-nya sedikit. Tunjangan magang untuk mahasiswa/mahasiswi vokasi di Eropa tentunya juga lebih tinggi di bandingkan di Indonesia.”
Program magang ini, lanjut Dr Heru Dewanto, tidak disubsidi oleh pemerintah. Artinya ini market driven. "Program ini menguntungkan semua pihak yang terlibat, baik itu industri di Eropa, politeknik/sekolah vokasi, mahasiswa, hingga peningkatan SDM dan ekonomi negara terlibat.”
Selain itu, Presiden Direktur Markija, Bence Schmatovic juga menyampaikan, feedback dari industri sangatlah baik dan permintaan dari industri Eropa terus meningkat. "Kami bekerja keras menemukan kesesuaian di industri baru dengan memfokuskan magang pada bidang keteknikan, namun tidak menutup peluang untuk posisi lainnya sehingga lebih banyak lagi mahasiswa/mahasiswi vokasi yang dapat mengikuti Program Magang Markija," kata dia.
Dukungan yang sama disampaikan oleh Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi Kemendikbud Ristek RI Dr Benny Bandanadjaja. Ia mengatakan bahwa program ini sudah berjalan hampir dua tahun. “Kami melihat kegiatan ini sangat bagus untuk mahasiswa vokasi karena mereka di sana bisa bergerak di lini industri. Belum lagi mereka mendapatkan tunjangan, transport, dan lainnya. Serta segala hal administratif sudah diberikan perizinan oleh Kedutaan RI, pihak kementerian, dan pihak Hongaria di sana.”
Diharapkan, lanjut Dr Benny, setelah lulus, para mahasiswa memiliki pengalaman praktik lebih banyak dan lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Hal ini sangat mendukung program pemerintah dalam rangka meningkatkan penyerapan angkatan kerja vokasi dengan gaji lebih layak. "Kesempatan yang baik ini difasilitasi oleh Markija dengan peluang lebih bagus khususnya untuk mahasiswa politeknik dan sekolah vokasi," jelasnya.
Tak hanya itu, dukungan juga disampaikan oleh Duta Besar Hongaria untuk Indonesia, HE Lilla Karsay. Ia menyatakan, program magang Markija mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Hongaria dalam administrasi. "Perlu diketahui, pengurusan visa di kedutaan membutuhkan waktu yang cukup lama, namun dengan adanya kerja sama antara Markija dan Kedutaan Hongaria, maka jangka waktu pembuatan visa dapat dipersingkat.”
Hal senada juga diungkapkan oleh Csongor Juhász Founder dan CEO Prohuman, perusahaan human resource terbesar di Hongaria dan Eropa Tengah, yang berperan penting dalam meningkatkan kepercayaan antara mahasiswa vokasi dengan industri di Hongaria dalam program magang Markija ke Eropa.
Juhasz memberikan alasan mengapa memilih mahasiswa vokasi di Indonesia. Ini karena kualitas pendidikan vokasi di Indonesia yang terbilang cukup baik. Prohuman mendapatkan informasi tersebut dari Markija. Karena itu, Prohuman membuka pintu bagi mahasiswa vokasi Indonesia untuk mengembangkan kemampuan di Eropa.
“Industri di Hongaria dan Eropa Tengah suka dengan mahasiswa vokasi Indonesia. Awalnya mereka mengira kemampuan mahasiswa vokasi Indonesia itu rendah, tapi ternyata mahasiswa Indonesia memiliki skill tinggi dan dibutuhkan di industri seperti otomotif, manufaktur, serta sektor IT/Telekomunikasi, dan lainnya."
Selain itu, Juhasz juga memuji mahasiswa/mahasiswi vokasi Indonesia yang berangkat ke sana dengan memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar skill dan pengetahuan baru demi mengembangkan kompetensi. "Jadi tidak hanya selalu mengenai gaji. Hal ini menjadi nilai tambah bagi mahasiswa/mahasiswi vokasi untuk ke depannya mempraktikannya di Indonesia," kata dia menegaskan.