REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak menjadi salah satu kelompok yang rentan alami pelecehan seksual. Kasus terbaru terjadi di Jambi, dimana ibu-ibu muda telah melakukan pelecehan seksual terhadap 17 anak. Ibu ini bahkan meminta anak-anak tersebut melihat hubungan suami istri yang ia lakukan bersama suaminya.
Lalu, bagaimana caranya menanamkan pendidikan seks pada anak? Bagaimana caranya agar anak terhindar dari pelecahan seksual yang bisa saja dilakukan oleh perempuan, bukan laki-laki saja.
Praktisi psikolog keluarga, Nuzulia Rahma Tristinarum, mengatakan sex education sebaiknya dilakukan sejak kecil. Jika sudah remaja dan belum memahami, tahapannya tetap sama.
1. Pengenalan aurat
Dimulai dari pengenalan aurat. Lalu diajarkan untuk memahami batasan-batasan bagian tubuh mana yang boleh dan tidak boleh dilihat atau disentuh orang lain, siapa yang boleh atau tidak boleh melihat atau menyentuh.
2. Batasan aurat
Setelah anak paham mengenai aurat dan batasan yang boleh dilihat, perempuan yang akrab disapa Lia ini menyarankan untuk memberi pemahaman sesama laki-laki atau sesama perempuan pun ada batasan aurat yang perlu dijaga.
"Misalnya tidak tidur bersama dalam satu selimut, tidak masuk kamar mandi bersama walaupun sesama jenis," ujar Lia kepada Republika, Jumat (10/2/2023).
3. Pengenalan perilaku seksual
Setelah itu, lanjut perempuan yang juga berprofesi sebagai konselor, trainer juga penulis ini, remaja perlu diberi pemahaman mengenai apa itu perilaku seksual dan apa konsekuensinya, bahas secara keilmuan.
4. Diskusi
Lia menyarankan agar orang tua mengajak remaja diskusi jika menghadapi situasi yang bahaya terkait pelecehan seksual. Ajak anak berfikir untuk melakukan tindakan apa saja yang bisa dilakukan.
5. Pemahaman sisi agama
Selain itu, Lia mengatakan orang tua sebaiknya memberi pemahaman dari sisi aturan agama. "Pemahaman agama perlu diberikan di awal dan di akhir tahapan edukasi," ujarnya.
Lia menambahkan pada remaja perlu diberi pemahaman sesuai dengan tahapan yang telah disebutkan di atas. Untuk memberi pemahaman pada remaja, sebaiknya jangan memberi banyak nasehat tetapi perlu lebih banyak diskusi.
"Ajak mereka berpikir, beri kesempatan remaja untuk mengemukakan perasaan dan pikirannya," tambahnya.
Lia mengatakan beri mereka kesempatan mengemukakan solusi solusi dari pikiran mereka sendiri. Diskusikan. "Lalu tutup dengan kesimpulan dan kesepakatan bersama," ujarnya menyarankan.