ANTARIKSA -- Badan Antariksa Ameriksa Serikat (NASA) akhirnya merilis data satelit dan kajian mereka terkait gempa besar bermaknitudo 7,8 dan 7,5 SR yang melanda Turki dan Suriah pada Senin 6 Februari 2023. Web resmi NASA, nasa.gov, pada Sabtu, 11 Februari menjelaskan apa yang dikukan badan tersebut untuk penanggulangan gempa yang menelan nyawa lebih dari 23 ribu jiwa.
NASA berbagi pengamatan udara dan data dari luar angkasa yang dapat membantu para relawan di lapangan dan pemulihan di wilayah tersebut. Data itu juga dapat meningkatkan kemampuan kedua negara untuk pemodelan dan memprediksi peristiwa selanjutnya.
“Hati dan pikiran NASA bersama mereka yang terkena dampak gempa bumi di Turki dan Suriah. NASA adalah mata kami di langit, dan tim ahli kami bekerja keras untuk memberikan informasi berharga dari armada pengamat Bumi kami kepada responden pertama di darat,” kata Administrator NASA Bill Nelson.
Antariksa pada Kamis, 9 Februari 2023 sempat mempertanyakan sikap NASA terkait gempa Turki. Sebab, hingga hari ketiga pasca gempa, NASA belum merilis gambar satelit maupun analisis awal terkait gempa mematikan. Baca: Gempa Turki, Kenapa NASA Belum Merilis Gambar Satelitnya?
Nelson mengatakan, salah satu kemampuan utama NASA adalah keahlian dengan radar bukaan sintetis (SAR). Melihat Bumi dalam segala kondisi cuaca, siang atau malam, SAR digunakan untuk mengukur bagaimana tanah bergerak dan membangun lanskap peberubahan setelah peristiwa.
Pemandangan yang dikumpulkan sebelum dan sesudah gempa digunakan oleh tim ilmuwan dari Earth Observatory of Singapore dan Jet Propulsion Laboratory NASA di California Selatan untuk membuat sesuatu yang disebut peta proksi kerusakan untuk Turki. Peta-peta ini membandingkan citra radar sebelum dan sesudah peristiwa tertentu untuk melihat bagaimana bentang alam telah berubah.
Anggota program wilayah bencana dari Earth Science Applied Sciences NASA, serta kolaborator nasional dan internasional, membuat peta tersebut tersedia untuk berbagai organisasi seperti Departemen Luar Negeri AS, Komisi Keamanan Seismik California, Bantuan Bencana Global Miyamoto, dan Bank Dunia. Sementara, anggota NASA secara aktif berpartisipasi dalam panggilan koordinasi yang diselenggarakan oleh Badan Pembangunan Internasional AS (USAID). Mereka juga menyediakan pengamatan dan peta melalui Portal Pemetaan Bencana.
“NASA menganggap serius kewajibannya untuk mendukung sains terbuka, dan membuat informasi dapat diakses secara luas,” kata Lori Schultz, koordinator bencana NASA untuk gempa ini.
“Kami tidak mengetahui siapa saja yang menggunakan informasi ini atau bagaimana caranya, tetapi kami beruntung telah mendengar kabar dari beberapa kelompok. Misalnya, Dapur Pusat Dunia, yang menyediakan makanan bagi mereka yang terlantar, telah memberi tahu kami bahwa mereka memanfaatkannya,” kata dia.
Selain menilai kerusakan, para ilmuwan NASA menggunakan pengamatan berbasis ruang angkasa dan darat untuk meningkatkan kemampuan memahami peristiwa lain akibat bencana alam aslinya. Dengan memanfaatkan data dari program Akuisisi Data SmallSat Komersial, yang memperoleh pengamatan dari satelit komersial untuk membantu tujuan penelitian NASA, serta dari NOAA dan badan antariksa internasional di Eropa dan Jepang, ilmuwan dapat menemukan area yang mungkin rentan terhadap peningkatan risiko tanah longsor. Satelit lain, seperti Suomi-NPP dan pengamatan lampu malamnya dapat menunjukkan lokasi pemadaman listrik.
Pekerjaan semacam itu akan berlanjut selama beberapa pekan mendatang, karena para peneliti akan mengambil informasi dari peristiwa Turki dan Suriah untuk meningkatkan simulasi gempa mereka. Ini akan menjadi model penelitian utama untuk menilai seberapa aman suatu daerah tepat setelah gempa.
Baca juga:
Gempa Turki Membuat Retakan Besar Sepanjang 300 Km
Mengapa Gempa Turki dan Suriah Begitu Mematikan? Kronologi Lengkap Menurut Ahli
Mengenal HAARP Militer AS yang Dituding Penyebab Gempa Turki