Senin 13 Feb 2023 17:57 WIB

Erick Kejar Pendanaan Murah untuk BUMN Pangan

Pendanaan murah bertujuan meningkatkan fundamental RNI.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan paparan pada rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (13/2/2023). Erick Thohir telah berbicara dengan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengenai pendanaan murah kepada PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) selaku induk holding BUMN pangan.
Foto: Republika/Prayogi.
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan paparan pada rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (13/2/2023). Erick Thohir telah berbicara dengan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengenai pendanaan murah kepada PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) selaku induk holding BUMN pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir telah berbicara dengan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengenai pendanaan murah kepada PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) selaku induk holding BUMN pangan. Erick menilai, pendanaan murah bertujuan meningkatkan fundamental RNI dalam menyerap hasil produksi petani atau menjadi offtaker pangan. 

Erick mengatakan, terdapat dua BUMN yang bertugas sebagai offtaker yakni Perum Bulog sebagai stabilisator dan RNI untuk pasar komersial. Hal ini pun tertuang dalam hasil rapat terbatas beberapa waktu lalu. 

Baca Juga

"Mohon dukungan dari Komisi VI bisa komunikasi ke Komisi XI bahwa keputusan ratas ini bagaimana BUMN bisa menjadi offtaker," ujar Erick saat rapat kerja (raker) dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin (13/2/2023).

Erick menilai, dukungan pendanaan murah sangat diperlukan guna meningkatkan RNI dalam menyerap hasil produksi petani. Erick pun telah membentuk PMO untuk terus menjalin koordinasi dengan pihak terkait seperti BI dan Kementerian Keuangan. Erick mengusulkan, penempatan dana offtaker ini tetap di Himbara sehingga BUMN tetap harus bertanggung jawab.

"Angka-angkanya kita sudah usulkan kalau kita mau punya stok tangan secara menyeluruh itu kurang lebih Bulog sebagai stabilisator perlu uang mungkin Rp 20 triliun-Rp 24 triliun, lalu RNI mungkin Rp 16 triliun. Ini bukan uang hilang, tetapi pinjaman dengan bunga murah," ucap pria kelahiran Jakarta tersebut.

Erick menyampaikan, komitmen BUMN dalam penguatan ketahanan pangan sudah terlihat dari  keberhasilan program Makmur. Erick mengatakan, program ekosistem pertanian terintegrasi tersebut telah menjangkau 326 ribu hektare di seluruh Indonesia.

Erick memerinci, untuk penanaman padi tercatat sebesar 97 ribu hektare dengan peningkatan produktivitas petani hingga 36 persen dan keuntungan petani naik hingga 47 persen. Kemudian, 90 ribu hektare tebu yang berdampak pada  pendapatan petani naik 37 persen dan produktivitas naik 17 persen, 91 ribu hektare sawit, serta 4.364 hektare kopi dan 42 ribu hektare jagung.

"Khususnya untuk kopi dan jagung kita berkolaborasi dengan swasta sebagai bagian dari offtaker karena kita tidak mungkin juga punya kedalaman untuk industri kopi sehingga kita berkolaborasi," lanjut Erick.

Erick juga tengah mendorong penurunan bunga untuk sektor ultramikro. Erick menyampaikan, usulan penurunan bunga untuk ultramikro juga telah mendapat lampu hijau dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Saya mengusulkan tentu ekstrem, bunga nol persen dan saya sudah sampaikan ke Gubernur BI. Ini sudah mendapat dukungan dari Presiden (Jokowi) karena sudah ada rapat terbatas. Tinggal kita mendorong jadi kenyataan, jangan sampai kesannya yang besar dapat bunga jauh lebih baik dari ultramikro. Ini yang coba kota seimbangkan," kata Erick.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement