REPUBLIKA.CO.ID, CHISINAU -- Presiden Moldova Maia Sandu menuduh Rusia berencana menggunakan agen asing untuk menyusup ke pemerintahannya. Sandu menuduh Rusia memanfaatkan Moldova dalam perang melawan Ukraina dan menghentikannya bergabung dengan Uni Eropa.
Moldova berbatasan dengan Ukraina dan Sandu berulang kali mengungkapkan keprihatinan tentang niat Moskow, serta kehadiran pasukan Rusia di wilayah Transnistria yang memisahkan diri. Sandu menuduh rencana Moskow melibatkan warga Rusia, Montenegro, Belarusia, dan Serbia yang memasuki Moldova untuk memprakarsai protes guna mengubah pemerintah yang sah menjadi pemerintah ilegal yang dikendalikan Federasi Rusia.
"Rencana untuk periode berikutnya melibatkan tindakan dengan mengerahkan para pengalih perhatian dari militer yang berkamuflase dengan pakaian sipil, dan akan melakukan tindakan kekerasan, menyerang beberapa gedung negara dan bahkan menyandera," kata Sandu kepada wartawan dalam sebuah pengarahan, dilaporkan Aljazirah, Senin (13/2/2023).
Sandu mengatakan, tujuan dari tindakan Rusia tersebut untuk menggulingkan tatanan konstitusional dan mengubah kekuasaan yang sah dari menjadi ilegal. Apabila pemerintah sudah digulingkan, maka Moldova akan berada di tangan Rusia sehingga proses integrasi ke Eropa akan terhenti.
“Upaya Kremlin membawa kekerasan ke Moldova tidak akan berhasil. Tujuan utama kami adalah keamanan warga negara dan negara. Tujuan kami adalah perdamaian dan ketertiban umum di negara ini," kata Sandu.
Tahun lalu, Rusia membantah ingin campur tangan di Moldova setelah pihak berwenang di Transnistria mengatakan mereka menjadi sasaran serangkaian serangan. Sejak Rusia menginvasi Ukraina hampir setahun lalu, Moldova berupaya menjalin hubungan lebih erat dengan mitra Baratnya. Pada Juni, status kandidat Uni Eropa diberikan kepada Moldova pada hari yang sama dengan Ukraina.
Sandu mengatakan, antara Oktober dan Desember, polisi Moldova dan Badan Intelijen dan Keamanan menyelidiki beberapa kasus unsur kriminal terorganisir dan menghentikan upaya kekerasan. Selama setahun terakhir, Moldova menghadapi serangkaian masalah. Salah satunya krisis energi yang parah setelah Moskow secara dramatis mengurangi pasokan gasnya.
Moldova juga menghadapi meroketnya inflasi, dan beberapa insiden dalam beberapa bulan terakhir yang melibatkan rudal di wilayahnya. Pihak berwenang Moldova mengkonfirmasi rudal lain yang memasuki wilayah udaranya pada Jumat (10/2/2023).
Pekan lalu, Perdana Menteri Moldova Natalia Gavrilita mengundurkan diri menyusul gejolak ekonomi dan efek limpahan perang di Ukraina. Posisi Gavrilita digantikan mantan menteri dalam negeri Dorin Recean yang merupakan penasihat pertahanan Sandu.
“Pemerintahan baru akan memiliki tiga prioritas yaitu ketertiban dan disiplin, kehidupan dan ekonomi baru, serta perdamaian dan stabilitas,” kata Recean.