REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL – Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Korea Selatan (Korsel) kembali melabeli Korea Utara (Korut) sebagai “musuh”. Label semacam itu sudah tak digunakan Korsel selama enam tahun terakhir.
Dalam Buku Putih Pertahanan 2022 yang diterbitkan Kamis (16/2/2023), Kemenhan Korsel mengatakan, dalam rapat pleno Partai Buruh Korut pada Desember tahun lalu, negara yang dipimpin Kim Jong-un itu telah melabeli Korsel sebagai “musuh yang tak diragukan lagi”. Korut, yang enggan meninggalkan program nuklirnya, juga disebut terus menghadirkan ancaman militer terhadap Korsel.
“Jadi pemerintah dan militer Korut adalah musuh kami,” demikian bunyi salah satu kutipan dalam Buku Putih Pertahanan 2022 yang dirilis Kemenhan Korsel.
Dalam buku tersebut, Kemenhan Korsel menyebut Korut terus memproses ulang bahan bakar bekas dari reaktornya dan memiliki sekitar 70 kilogram plutonium tingkat senjata. Jumlah plutonium itu meningkat 20 kilogram dari yang tertulis di buku pertahanan Kemenhan Korsel sebelumnya.
Menurut Kemenhan Korsel, Korut juga telah mengamankan uranium yang sangat diperkaya dalam jumlah substansial dan memiliki tingkat kemampuan signifikan untuk mengecilkan bom atom. “Militer kami memperkuat pengawasan karena kemungkinan ujo coba nuklir tambahan meningkat,” kata Kemenhan Korsel.
Dalam Buku Pertahanan 2022, Kemenhan Korsel juga menggambarkan Jepang sebagai “tetangga dekat”. Sama seperti Korsel, Jepang juga merasa terancam dengan program nuklir dan rudal balistik yang dikembangkan Korut. Kemenhan Korsel mengatakan akan meningkatkan hubungan keamanan bilateral dengan Negeri Matahari Terbit.
Korsel pertama kali menyebut Korut sebagai “musuh” dalam buku pertahanan 1995. Label itu dipakai setelah seorang pejabat Korut mengancam akan mengubah Korsel menjadi “lautan api”. Dalam versi 2004, istilah “musuh” diganti dengan “ancaman militer langsung”. Pada tahun tersebut, hubungan Seoul dan Pyongyang memang cenderung kondusif.
Pada 2010, label “musuh” kembali digunakan oleh Korsel. Hal itu menyusul aksi serangan torpedo Korut terhadap sebuah korvet Korsel pada bulan Maret tahun itu. Sebanyak 46 pelaut Korsel tewas dalam peristiwa tersebut. Pada November 2010, Korut juga melancarkan serangan artileri di sebuah pulau perbatasan. Sebanyak dua tentara dan dua warga sipil tewas akibat serangan itu.
Label “musuh” dipertahankan hingga 2016. Namun dalam buku pertahanan edisi 2018 dan 2020, Korsel tak lagi menggunakan label “musuh” pada Korut. Hal itu karena mantan presiden Korsel Moon Jae-in sedang berusaha mempromosikan rekonsiliasi dan reunifikasi antar-Korea. Buku putih pertahanan Kemenhan Korsel terbit dua tahun sekali.