Senin 20 Feb 2023 16:47 WIB

Keutamaan Majelis Dzikir, Dihadiri Malaikat

Malaikat berkeliling menghadiri majelis-majelis dzikir.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Keutamaan Majelis Dzikir, Dihadiri Malaikat. Foto ilustrasi: Cahaya matahari menyinari langit.
Foto: Blogspot
Keutamaan Majelis Dzikir, Dihadiri Malaikat. Foto ilustrasi: Cahaya matahari menyinari langit.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Keutamaan majelis dzikir disebutkan di dalam hadits nabawi, salah satunya terdapat dalam kitab Riyadhusshalihin. Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa malaikat berkeliling mengikuti majelis-majelis dzikir.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang berkeliling, mereka mengikuti majelis-majelis dzikir. Apabila mereka menemui majelis yang didalamnya ada dzikir, maka mereka duduk bersama-sama orang yang berdzikir, mereka mengelilingi para jamaah itu dengan sayap-sayap mereka, sehingga memenuhi ruangan antara mereka dengan langit dunia, jika para jamaah itu selesai maka mereka naik ke langit." (HR Bukhari dan Muslim)

Baca Juga

Pada laman Rumah Fiqih, Ustaz Ahmad Sarwat Lc, menjelaskan, hadits di atas dan beberapa hadits lainnya telah membuat seluruh ulama sepanjang zaman sepakat bahwa berdzikir di dalam suatu majelis itu disunnahkan dan punya keutamaan. Tidak ada satu pun ulama yang mengingkari keutamaan dzikir berjamaah.

Sesuai dengan makna bahasa, yang disebut dengan majelis adalah tempat di mana orang-orang duduk berkumpul. Makna dzikir secara bahasa adalah mengingat. Namun secara istilah, dzikir seringkali diidentikkan dengan ucapan lafadz di lidah dengan niat ibadah.

"Oleh karena itu secara umum, majelis dzikir seringkali oleh para ulama dimaknai sebagai majelis yang dihadiri oleh orang banyak untuk melakukan zikir di lidah," kata Ustaz Ahmad Sarwat Lc, dilansir dari laman Rumah Fiqih, Senin (20/2/2023).

Ustadz Ahmad Sarwat Lc menjelaskan, memang ada sebagian ulama yang memaknai kata majelis dzikir bukan sebagai majelis untuk berzikir secara lisan. Tetapi dalam pandangan mereka majelis dzikir adalah majelis tempat diajarkannya ilmu agama.

Dalilnya adalah firman Allah SWT yang memerintahkan orang awam bertanya kepada orang yang punya ilmu. Di dalam Alquran, orang yang punya ilmu disebut ahludz-dzikri.

"Maka bertanyalah kepada ahludz dzikir (ahli ilmu atau ulama) jika kamu tidak mengetahui." (QS An-Nahl: 43)

Kita menemukan komentar Imam Ibnul Qayyim tentang ahludz dzikir, beliau berkata, "Ahludz dzikir yaitu, orang yang paham tentang apa-apa yang diturunkan Allah kepada para Nabi."

Imam 'Atha' bin Abi Rabah (wafat tahun 114 Hijriyah) berkata, "Majelis zikir adalah majelis ilmu, majelis yang mengajarkan halal dan haram, bagaimana membeli, menjual, bagaimana puasa, belajar tata cara sholat, menikah, thalaq (cerai) dan haji."

Imam Asy-Syathibi menjelaskan, "Majelis dzikir yang sebenarnya adalah majelis yang mengajarkan Alquran, ilmu-ilmu syar'i (agama), mengingatkan umat tentang sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW agar mereka mengamalkannya, menjelaskan tentang bidah-bidah agar umat berhati-hati terhadapnya dan menjauhkannya. Ini adalah majelis dzikir yang sebenarnya."

Namun hujjah bahwa yang dimaksud dengan majelis dzikir adalah dzikir dengan lisan juga tetap kuat. Sebab dalam Alquran tidak selalu kata dzikir dikaitkan dengan ilmu. Tetap ada banyak ayat lain yang menyebutkan kata dzikir dalam arti dzikir dengan lisan.

"Laki-laki dan perempuan yang banyak berzikir kepada Allah..." (QS Al-Ahzaab: 35).

photo
Infografis Keutamaan Sholat Dzuhur - (Dok Republika)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement