Selasa 21 Feb 2023 06:03 WIB

Penggunaan Bahasa Daerah di Kota Depok Makin Ditinggalkan

Generasi muda Kota Depok lebih senang menggunakan bahasa Inggris atau Indonesia.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Erik Purnama Putra
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok, Mufti Swaghara.
Foto: Dok Pemkot Depok
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok, Mufti Swaghara.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, bahasa daerah makin ditinggal oleh masyarakat Kota Depok dalam percakapan keseharian mereka, termasuk di tengah keluarga. Terutama warga dari generasi yang berumur lebih muda, seperti generasi milenial, gen Z hingga postgen Z.

Dalam data long form sensus penduduk 2020 Kota Depok yang dirilis baru-baru ini, terungkap, persentase penutur bahasa daerah di keluarga antargenerasi semakin kecil. Mulai dari generasi preboomer (lahir 1945 dan sebelumnya) ke generasi post gen Z (lahir 2013 dan seterusnya).

Tercatat presentasi penutur bahasa daerah di keluarga dari generasi preboomer adalah sebanyak 15,82 persen, baby boomer (1946-1964) sebanyak 14,00 persen, gen X (1965-1980) sebanyak 12,39 persen, milenial (1981-1996) 9,57, gen Z (1997-2012) sekitar 3,43 persen, dan postgen Z 0,75 persen.

Sementara presentase penutur bahasa daerah di tetangga atau kerabat menurut generasi adalah preboomer 3,21 persen, baby boomer 4,37 persen, gen X 4,09 persen, milenial 2,34 persen, gen Z 0,43 dan postgen Z 0,05.

"Buat generasi lebih muda, dengan aplikasi-aplikasi sekarang, mau tidak mau suka tidak suka, saat dia membuka YouTube atau masuk ke dunia digital itu bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. Jadi mau tidak mau bahasa daerah tidak dipakai atau jarang digunakan," jelas Kepala BPS Kota Depok, Mufti Swaghara saat ditemui Republika.co.id di Kota Depok, Jawa Barat, Senin (20/2/2023).

Faktor kemampuan berbahasa daerah para orang tua juga ajakan mereka juga berpengaruh pada penggunaan bahasa daerah para generasi muda. Sehingga. "Bagaimana kita mau mengajak anak kita bicara bahasa daerah, kalau kemampuan berbahasa daerah orang tua juga kurang," kata Mufti.

Dia menjelaskan, faktor lain yang juga bisa mempengaruhi kondisi itu adalah migrasi seumur hidup di Kota Depok. Data BPS menyebutkan, 52 dari 100 orang di Depok merupakan warga yang tidak lahir di wilayah ini.

"Jadi ada migrasi seumur hidup, artinya adalah orang yang lahir di luar kota Depok ada 51 persen. Lebih dari setengahnya bukan lahir di Depok, tapi daerah lain," tutur Mufti.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement