REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Cipto Mangunkusumo, Dr dr Lies Dina Liastuti SpJP(K), menjelaskan stunting (tengkes) adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita mulai dari bayi baru lahir sampai dengan maksimal lima tahun. Stunting disebabkan oleh kekurangan gizi yang sangat kronis atau jangka panjang sehingga akhirnya anak itu menjadi terlalu pendek untuk usianya.
Dokter Lies mengatakan kekurangan gizi bisa terjadi bukan saja pada saat anak lahir, tetapi sejak masih berada di kandungan. Dampak kekurangan gizi ini akan terlihat nantinya pada usia dua tahun.
"Oleh karena itu, kita perlu sekali hati-hati dan mendeteksi secara dini mana ibu-ibu hamil yang makannya tidak bagus sehingga bayi di dalam kandungannya kondisinya tidak bagus," ujar dr Lies dalam Media Briefing Fresenius Kabi "Kontribusi Rumah Sakit Dukung Aksi Integrasi Percepatan Penurunan Prevalensi Tengkes", di Jakarta, Senin (20/2/2023).
Dokter Lies mengatakan karena tumbuh kembang anak tidak bagus, maka tentunya asupan gizi tidak hanya untuk pertumbuhan fisik, tapi juga otak. Oleh karena itu, sebaiknya pikirkan bagaimana supaya otak anak itu juga cukup bagus.
"Ini adalah masa depan bangsa. Penanganannya harus terintegrasi dan sinergi, karena tujuannya besar sekali, yaitu membangun sumber daya manusia (SDM) unggul Indonesia," Mujarnya.
Menurut dr Lies, stunting sudah cukup lama dikendalikan dan diupayakan dengan baik penanganannya oleh pemerintah, tetapi ternyata hasilnya tidak mudah. Tahun 2019, prevalensi stunting masih 28 persen, bahkan melebihi Malaysia dan Brunei.
"Meski sudah bertahun-tahun dilakukan, namun pencapaian ini belum mencapai target yang diinginkan," ungkapnya.