REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Penelitian hasil kolaborasi Amazon Web Services (AWS) bersama dengan mitranya, firma konsultasi manajemen kinerja global asal Amerika Serikat, Gallup menemukan pengusaha di Singapura, Malaysia, dan Indonesia melihat banyak teknologi utama seperti 5G, robotika, dan kecerdasan buatan (AI) memainkan peran penting dalam operasi bisnis mereka di masa depan.
Head of Learning and Development, APAC, AWS, Purva Hassomal mengungkapkan faktanya, mayoritas pemberi kerja di negara-negara ini menggunakan setidaknya salah satu dari beberapa teknologi yang AWS sebutkan di antaranya 5G, AI dan machine learning, edge computing, quantum computing, digital twin,blockchain, virtual reality (VR), metaverse, dan cryptocurrency.
Salah satunya, Hassomal melanjutkan, akan menjadi bagian standar dari operasi masa depan mereka.
“Di negara-negara ini, 5G paling sering dilaporkan dengan banyak responden yang mempertimbangkannya sebagai kemungkinan bagian dari operasi masa depan. Yang saya tahu, temuan ini menyoroti bagaimana teknologi dan keterampilan digital membantu membentuk negara di seluruh dunia, termasuk Singapura, Malaysia, dan Indonesia,” ujar Hassomal dalam acara media briefing Mengupas Hasil Riset Digital Skills Terbaru AWS dan Gallup, Rabu (22/2/2023).
Maka dari itu, pekerja yang memiliki keterampilan digital diperlukan dalam bisnis di setiap sektor untuk membantu meningkatkan operasi, menciptakan pengalaman pelanggan yang lancar, dan untuk mendukung tenaga kerja yang lebih besar secara keseluruhan. Bersama Gallup, Hassomal menuturkan, AWS mendorong perusahaan-perusahaan untuk melihat temuan ini dan memahami bagaimana mereka dapat membangun keterampilan digital dalam tenaga kerja mereka saat ini.
Sisi lain, AWS mengumumkan secara resmi program AWS re/Start pada Rabu (22/2/2023). Program ini sekarang akan tersedia di Singapura, Malaysia, dan Indonesia. “Di luar kawasan ASEAN juga akan tersedia di Australia dan India,” kata Head of Training and Certification, ASEAN, AWS, Emmanuel Pillai.
Program AWS re/Start membantu profesional teknologi informasi (TI) yang menganggur dan setengah menganggur mendapatkan keterampilan untuk beralih ke karier cloud tingkat menengah.
“Jadi mereka sudah memiliki keterampilan TI tetapi belum tentu keterampilan cloud sehingga mereka bisa mendapatkan karier sebagai profesional karier tingkat menengah khusus di bidang cloud computing,” ujarnya.