Jumat 24 Feb 2023 07:26 WIB

Oman Buka Wilayah Udaranya untuk Penerbangan Sipil Israel

Israel dapat mempersingkat durasi penerbangan selama lebih dari 2 jam ke Asia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Maskapai Israel El Al.
Foto: Reuters
Maskapai Israel El Al.

REPUBLIKA.CO.ID, MUSCAT -- Oman sepakat untuk mengizinkan penerbangan sipil Israel menggunakan wilayah udaranya. Keputusan ini diambil setelah ada negosoasi antara kedua pihak selama berbulan-bulan.

“Ini adalah keputusan bersejarah yang akan mempersingkat waktu tempuh ke Asia, menurunkan biaya bagi warga negara Israel dan membantu maskapai penerbangan Israel menjadi lebih kompetitif,” kata Menteri Luar Negeri Eli Cohen, dilaporkan Middle East Monitor, Kamis (23/2/2023).

Cohen berterima kasih kepada Amerika Serikat atas keterlibatannya dalam pembicaraan yang menghasilkan persetujuan Oman. Melalui wilayah udara Oman, Israel dapat mempersingkat durasi penerbangan selama lebih dari 2 jam ke Asia. Pada akhirnya efisiensi waktu ini dapat menurunkan harga tiket pesawat.

"Sebagai bagian dari upaya berkelanjutan Kesultanan Oman untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan Konvensi Chicago 1944, Otoritas Penerbangan Sipil menegaskan bahwa wilayah udara Kesultanan terbuka untuk semua maskapai yang memenuhi persyaratan Otoritas untuk terbang melintasi," kata Otoritas Penerbangan Sipil Oman.

Pada Agustus 2022, Israel memperoleh persetujuan Saudi untuk menggunakan wilayah udaranya. Oman dan Arab Saudi tidak memiliki hubungan formal dengan Israel.

Saat ini, undang-undang Oman melarang warga negaranya melakukan kontak dengan entitas atau individu yang berbasis di Israel secara langsung atau melalui mediator. Oman dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik resmi. Namun Oman disebut sebagai negara potensial untuk bergabung dengan kesepakatan Abraham Accord yang menjadi landasan bagi Israel untuk menormalkan hubungan diplomatik dengan negara Arab. Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan telah menormalkan hubungan diplomatik dengan Israel melalui kesepakatan tersebut.

Pada 2018 Benjamin Netanyahu yang ketika itu menjabat sebagai perdana menteri Israel mengunjungi Oman.  Selama kunjungannya, Netanyahu dilaporkan menerima komitmen dari Sultan Qaboos untuk membuka wilayah udara Oman bagi maskapai penerbangan Israel.  Namun, keputusan itu ditarik kembali oleh penerus Qaboos, Sultan Haitham bin Tariq.

Sebelumnya Menteri Luar Negeri Oman Sayyid Badr al-Busaidi mengatakan, Oman akan membuka wilayah udara untuk Israel setelah solusi dua negara terwujud.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement