Ahad 26 Feb 2023 13:47 WIB

Hipertensi Dijuluki 'The Silent Killer', Picu Kematian Dini Meski Orang tak Merasa Sakit

Banyak orang tak sadar kena hipertensi karena tidak merasakan keluhan kesehatan.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Reiny Dwinanda
Petugas kesehatan memeriksa tekanan darah pasien (Ilustrasi). Hipertensi sering disebut sebagai the silent killer karena tidak menunjukkan gejala hingga terjadi keparahan.
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Petugas kesehatan memeriksa tekanan darah pasien (Ilustrasi). Hipertensi sering disebut sebagai the silent killer karena tidak menunjukkan gejala hingga terjadi keparahan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama bagi masyarakat Indonesia. Banyak orang yang tak sadar mengidap hipertensi karena tidak merasakan keluhan.

Padahal, sumber komplikasi kesehatan yang lebih fatal untuk organ vital, seperti otak, jantung, maupun ginjal, bisa berawal dari hipertensi. Tekanan darah tinggi masih menjadi faktor risiko utama penyebab dari strok pendarahan, jantung koroner, gagal jantung, penyakit ginjal kronis, dan bahkan kematian dini.

Baca Juga

"Berangkat dari kondisi itu, hipertensi sering disebut 'the silent killer' atau Si Pembunuh Senyap," kata dokter spesialis ginjal sekaligus Sekretaris Jenderal Indonesian Society of Hypertension (InaSH) dr Djoko Wibisono SpPD-KGH dalam acara 17th Scientific Meeting InaSH 2023 di Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (24/2/2023).

Hipertensi terbagi menjadi dua kelompok penyebab. Pertama, hipertensi primer (esensial) yang 90-95 persen kasusnya tidak diketahui penyebabnya. Kedua, hipertensi sekunder yang lima hingga 10 persen kasusnya terkait dengan penyebab yang mendasarinya.

Hipertensi sekuender di antaranya berhubungan dengan tanda-tanda gangguan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar gondok (tiroid), dan penyakit kelenjar adrenal (sebuah kelenjar di atas ginjal yang bertugas menghasilkan hormon), serta konsumsi obat- obatan tertentu. Tekanan darah tinggi pada hipertensi primer dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko.

"Usia lanjut, obseitas, dan ada riwayat hipertensi pada keluarga juga termasuk faktor risiko hipertensi," jelas dr Djoko.

Selain itu, gaya hidup yang tidak sehat juga berkontribusi. Kebiasaan mengonsumsi makanan asin atau tinggi garam (natrium), sering mengonsumsi makanan kemasan atau cepat saji, kurang asupan buah dan sayur, merokok, dan kurang olah raga merupakan faktor risikonya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement