Senin 27 Feb 2023 10:55 WIB

Senator DPD: Dorong Kampus Survei Mengenai Kebijakan dan Kandidasi Politik

Survei merupakan sarana pendidikan politik menuju pemilu luber-jurdil.

Bilik dan kotak suara Pemilu 2019 di AS (Ilustrasi)
Foto: VOA
Bilik dan kotak suara Pemilu 2019 di AS (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Senator DPD, DR Abdul Kholik, mengatakan lembaga survei harus menjadi agen pendidikan politik yang berkualitas. Hasil berbagai survei harus bisa memberikan informasi yang transparan, jujur, dan akurat sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam menilai kebijakan ataupun figur-figur calon pemimpin.

''Lembaga survei tidak boleh terjebak pada tendensi tertentu yang bermaksud mengelabui publik. Sebab, lembaga survei bertanggung jawab untuk mencerdaskan pemilih. Pada gilirannya akan memengaruhi kualitas pemilu yang luber dan jurdil,'' kata Abdul Kholik, di Jakarta, Senin (27/2/2023) pagi.

Terkait hal tersebut, lanjut Kholik, yang dimaksud dalam hal ini adalah sumber pendanaan dari survei yang dilakukan lembaga tersebut. Bila ini dilakukan, akan menghindarkan dari berbagai dugaan yang mengarah adanya survei-survei pesanan pihak tertentu. ''Apalagi, sudah menjadi pemahaman umum untuk melakukan survei membutuhkan biaya yang besar. Maka sumber dana dari survei tersebut harus dijelaskan terlebih dahulu sebelum hasil survei diumumkan."

''Selain lembaga survei swasta dan perseorangan diharapkan, perguruan tinggi atau kampus banyak melakukan kajian melalui survei, yang tujuannya untuk memetakan persoalan publik dan kandidasi dalam pemilu. Keberadaan lembaga survei dari berbagai kampus ini sangat penting karena bisa menjadi sumber informasi, yang didasari kaidah akademik dan independensi kampus. Ini pun harus tetap mengedepankan sumber pendanaan dan metode survei dilakukan secara transparan,'' katanya.

Beberapa waktu lalu, lanjut Kholik, berbagai kampus, seperti UI (Puskapol UI), Unpad, dan beberapa kampus lainnya pernah melakukan survei kebijakan publik dan politik kandidasi. "Namun, belakangan kok agak surut. Maka, kita berharap mereka aktif kembali melakukan survei untuk pendidikan politik.''

Mulai saat ini, menurut dia, KPU dan Bawaslu harus memiliki terobosan untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas survei. Ini penting agar survei menjadi sarana pendidikan pemilih yang baik.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement