REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan implementasi program Kurikulum Merdeka merupakan upaya pemerintah dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas bagi anak didik.
Pelaksana Tugas Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusussekaligus Ditjen PAUD Dikdasmen Kemendikbudristek Aswin Wihdiyantodi, menuturkan pelaksanaan program ini melibatkan siswa dan tenaga pendidik.
"Ini adalah proses yang menurut saya tidak terbayarkan, tidak hanya pendidik yang hebat tetapi guru-guru dan kepala sekolahnya turut menjadi hebat juga dalam gotong royong pembelajaran," katanya di Jakarta, Selasa (28/2/2023).
Pendaftaran implementasi Kurikulum Merdeka secara mandiri sudah dibuka mulai 6 Februari hingga 31 Maret 2023 dan terdapat dua kelompok yang mendaftar yakni mereka yang belum pernah mendaftar atau baru pertama kali akan mendaftar.
"Ada juga satuan pendidikan yang sebenarnya sudah mendaftar pada 2022, sudah melaksanakan dan ingin mengubah pilihannya," ujar dia.
Saat ini ada tiga opsi implementasi Kurikulum Merdeka yang tersedia bagi satuan pendidikan yang akan mendaftar yaitu Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi.
Mandiri Belajar yaitu satuan pendidikan menggunakan struktur Kurikulum 2013 dalam mengembangkan kurikulum satuan pendidikan serta menerapkan beberapa prinsip Kurikulum Merdeka dalam melaksanakan pembelajaran dan asesmen.
Mandiri Berubah yaitu satuan pendidikan menggunakan struktur Kurikulum Merdeka dalam mengembangkan kurikulum satuan pendidikan serta menerapkan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka dalam pembelajaran dan asesmen.
Mandiri Berbagi yaitu satuan pendidikan menggunakan struktur Kurikulum Merdeka dalam mengembangkan kurikulum serta menerapkan prinsip Kurikulum Merdeka dalam pembelajaran dan asesmen dengan berkomitmen membagikan praktiknya kepada satuan pendidikan lain.
Kepala SMAN 1 Jawilan, Serang, Banten, Satiri, menceritakan proses sekolahnya mendaftar menjadi peserta Kurikulum Merdeka yaitu sebelumnya sudah memilih Kurikulum Merdeka Mandiri Berubah namun akhirnya berubah menjadi Mandiri Berbagi.
"Kami memilih Mandiri Berbagi supaya guru lebih banyak belajar. Jangan hanya menerima perangkat pembelajaran kurikulum dari orang lain tetapi harus mampu mengembangkan dan membuat sendiri perangkat kurikulum," kata dia.
Guru SMP Islam Athirah Bone, Sulawesi Selatan, Muhammad Nurholis, menyampaikan pendapat positif tentang Kurikulum Merdeka Mandiri Berubah yang diharapkan semua bentuk dan prinsip penerapan bisa langsung dipelajari.
"Sejauh ini berjalan dengan baik dengan strategi dan dukungan serta persiapan sumber daya manusia," katanya.