Jumat 03 Mar 2023 17:32 WIB

Bappenas: ASEAN Harus Menjadi Jangkar Stabilitas Ekonomi Dunia

Ekonomi negara-negara ASEAN sudah terbukti baik dan kuat menghadapi krisis.

Deputi Kerjasama Ekonomi Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) Republik Indonesia, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan negara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) harus menjadi jangkar stabilitas ekonomi dunia.
Foto: Asean
Deputi Kerjasama Ekonomi Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) Republik Indonesia, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan negara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) harus menjadi jangkar stabilitas ekonomi dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, BELITUNG -- Deputi Kerjasama Ekonomi Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) Republik Indonesia, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan negara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) harus menjadi jangkar stabilitas ekonomi dunia. Hal ini disampaikan dalam kegiatan pertemuan ASEAN High Level Task Force ASEAN Economic Integration (HLTF-EI) 2023 di Hotel Sheraton, Sijuk. Menurut dia, hal ini penting dilakukan agar ASEAN dapat menjadi pusat perkembangan ekonomi dunia di masa depan.

"Kami mendorong agar ASEAN menjadi wilayah yang damai dan stabil untuk menjadi jangkar stabilitas ekonomi dunia," katanya di Tanjung Pandan, Jumat (3/3/2023).

Baca Juga

Ia menjelaskan, ekonomi negara-negara ASEAN sudah terbukti baik dan kuat menghadapi krisis. Sebagai contoh, lanjut dia, pada krisis ekonomi 1997 semua negara ASEAN bertahan melewati krisis itu.

"Bahkan selama pandemi COVID-19 semua negara ASEAN juga selamat dari krisis ekonomi hanya setahun setelah pandemi, ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut dia, ASEAN sangat membutuhkan motor baru ekonomi.

"Sebagian besar negara anggota ASEAN saat ini sedang berjuang untuk naik dari negara berpendapatan sedang ke negara berpendapatan tinggi dan sebagian juga sedang berjuang karena masih di pendapatan rendah," katanya.

Ia menyebutkan, ekonomi biru adalah salah satu strategi yang bisa menjadi solusi.

Menurutnya, potensi ekonomi biru pada ekonomi lautan sangat besar. Hal ini perlu dibahas karena potensi ini belum banyak digali termasuk di wilayah ASEAN.

"Ekonomi biru juga sangat potensial untuk meraih tujuan ekonomi yang berkelanjutan (SDGs)," ujarnya.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement