REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara film Kun Ana Wa Anta Rully Manna mengungkapkan, membuat film anak memiliki tantangan tersendiri dibandingkan genre lain. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, khususnya saat bekerja sama dengan aktor dan aktris cilik.
Menurut dia, tidak mudah membuat film anak karena harus menyatukan chemistry psikologis anak dan juga melibatkan orang dewasa. Ada pencapaian ekspresi dan dituntut natural, alami, dan organik.
"Kami harus melebur ke psikologis mereka,” kata Rully dalam konferensi pers Kun Ana Wa Anta di Epicentrum XXI, Jakarta Selatan, Sabtu (4/3/2023).
Meski begitu, Rully bisa mengatasinya karena dia memiliki pengalaman bersama sutradara Garin Nugroho dan Agus Pambagio. Lewat pengalamannya itu, Rully bisa mengenal dunia anak.
“Waktu itu kami eksplorasi muatan kultur dari Sabang sampai Merauke mengangkat budaya lokal. Kemudian ada karakter anak dengan permasalahannya. Itu turut melatarbelakangi bagaimana sayamengenal dunia anak,” ujarnya.
Lewat pengalamannya itu, dia dapat menerapkan untuk menjelajahi representasif bagaimana anak masuk dalam penokohan. Selain itu, dia juga menyebut penting untuk mengenal setiap karakter anak.
Tim harus memahami bahwa anak-anak ada yang ekstrovert, introvert, dan ambivert. "Ini harus paham betul wilayah anak-anak untuk masuk dalam penokohan. Jadi, harus dari hati ke hati,” kata dia.
Rully berharap perilisan film Kun Ana Wa Anta dapat menstimulasi film anak dan keluarga lain. “Film anak dan keluarga berikutnya akan terus stimultan karena kami menjadikan film anak sesuatu yang penting sebagai nutrisi yang dibutuhkan oleh audiensnya,” kata dia.
Psikolog anak Seto Mulyadi mengapresiasi perilisan film Kun Ana Wa Anta. Menurut dia ini bisa mengatasi kurangnya produksi film anak dengan kualitas yang sangat baik.
“Mudah-mudahan ini menginspirasi untuk mulainya kembali film-film untuk anak-anak Indonesia karena anak-anak Indonesia sangat membutuhkan bimbingan, tuntunan melalui tontonan yang edukatif seperti ini,” ujarnya.