REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Puluhan siswi Iran di lima provinsi dirawat di rumah sakit pada Sabtu (4/3/2023) karena mengalami keracunan. Kasus ini terjadi di provinsi Hamedan barat, serta Zanjan dan Azerbaijan Barat di barat laut Iran, Fars di selatan dan provinsi Alborz di utara.
Dilansir dari Arab News, Ahad (5/3/2023), puluhan ana telah dipindahkan ke rumah sakit setempat untuk perawatan. Semua siswa dilaporkan pada umumnya dalam kondisi baik.
Pada Jumat (3/3/2023), Presiden Ebrahim Raisi mengatakan dia telah meminta menteri intelijen dan dalam negeri untuk menindaklanjuti kasus keracunan, menjuluki mereka konspirasi musuh untuk menciptakan ketakutan dan keputusasaan pada rakyat.
Juru bicara kementerian luar negeri Nasser Kanani mengatakan, penyelidikan atas keracunan adalah salah satu prioritas langsung pemerintah, untuk mengurangi kekhawatiran keluarga dan meminta pertanggungjawaban pelaku.
Pada Rabu (1/3/2023), setidaknya 10 sekolah perempuan menjadi sasaran serangan keracunan. Sekolah itu tersebar di tujuh di kota barat laut Ardabil dan tiga di ibu kota Teheran, menurut laporan media.
Pekan lalu, wakil menteri kesehatan Iran, Younes Panahi, mengatakan keracunan itu ditujukan untuk menutup pendidikan bagi anak perempuan. Serangkaian keracunan terjadi lebih dari lima bulan dalam protes nasional menyusul kematian dalam tahanan Kurdi Iran Mahsa Amini, 22, yang telah ditangkap karena dugaan pelanggaran aturan berpakaian yang ketat untuk wanita.
Teheran mengatakan ratusan orang telah terbunuh dan ribuan ditangkap sehubungan dengan protes, yang umumnya digambarkan oleh pihak berwenang sebagai kerusuhan.