REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama meminta pembimbing haji dan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) agar memberikan pelatihan fisik calon jamaah haji, selain penguatan pemahaman ibadah.
"Selain memberikan manasik yang sifatnya baca-bacaan, dzikir, tahmid, tahlil, tasbih, atau doa-doa, saya minta para pembimbing membina jamaah dengan latihan fisik," ujar Direktur Bina Haji Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Arsyad Hidayat di Jakarta, Senin (6/3/2023).
Arsyad mengatakan pelatihan fisik ini penting dilakukan mengingat seluruh rangkaian wajib ibadah haji membutuhkan kondisi tubuh yang prima, di antaranya melaksanakan mabit di Mina, lempar jumrah, dan wukuf di Arafah.
Kesiapan fisik ini menjadi salah satu konsep istithaah atau kemampuan berhaji. Selain kesiapan biaya, calon jamaah haji juga mesti memiliki kesiapan fisik.
"Malah kalau saya melihat ibadah haji ibadah fisiknya lebih dominan maka pelatihan yang sifatnya fisik itu menurut saya harga yang tidak bisa ditawar lagi," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas meminta penyelenggaraan ibadah haji 1444 Hijriyah/2023 Masehi dipersiapkan secara detail dan hati-hati, karena akan menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan haji.
"Pelaksanaan ibadah haji ini salah satu core pelayanan Kemenag, meski banyak pelayanan lainnya seperti pendidikan dan keagamaan, namun seringkali haji yang menyedot perhatian publik. Oleh karena itu,persiapannya sangat penting, saya minta dilakukan dengan hati-hati dan detail," ujar Yaqut.
Beberapa hal yang menjadi sorotan Menag Yaqut adalah terkait pelayanan lansia, khususnya kursi roda. Yaqut meminta pengadaan kursi roda harus proporsional dengan jumlah lansia yang tahun ini mencapai 62 ribu orang.
Selain ketersediaan kursi roda, Yaqut juga meminta petugas sigap dalam melayani jamaah terutama lansia. "Kalau bisa jangan hanya kursi roda, namun juga mobil golf yang perlu dipersiapkan, itu pasti akan sangat membantu jamaah," kata dia.
Tak hanya itu, guna memudahkan jamaah, Menag Yaqut juga ingin identitas petugas haji agar lebih mencolok dan terlihat. Hal ini dimaksudkan agar jamaah, terutama yang lansia, lebih mudah mengenali petugas saat membutuhkan pertolongan.