Kamis 09 Mar 2023 09:43 WIB

Reaksi Negara-Negara Barat Soal Ledakan Pipa Gas Nord Stream

Nord Stream merupakan pipa gas untuk memasok gas Rusia ke Jerman.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
 Dalam gambar ini disediakan oleh Penjaga Pantai Swedia, rilis kecil dari Nord Stream 2 terlihat, Rabu, 28 September 2022. Nord Stream merupakan pipa gas yang ditanam di bawah Laut Baltik untuk memasok gas Rusia ke Jerman.
Foto: Penjaga Pantai Swedia melalui AP
Dalam gambar ini disediakan oleh Penjaga Pantai Swedia, rilis kecil dari Nord Stream 2 terlihat, Rabu, 28 September 2022. Nord Stream merupakan pipa gas yang ditanam di bawah Laut Baltik untuk memasok gas Rusia ke Jerman.

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Negara-negara Barat memperingatkan bahayanya memberikan kesimpulan terlalu dini mengenai ledakan pipa gas Nord Stream bulan September lalu. Jerman mengindikasi serangan itu juga dapat menjadi 'operasi palsu' untuk menyalahkan Ukraina.

Surat kabar AS The New York Times melaporkan berdasarkan intelijen yang ditinjau pemerintah AS, ledakan Nord Stream pada September tahun lalu dilakukan kelompok pro-Ukraina yang dibentuk orang Ukraina atau Rusia. Nord Stream merupakan pipa gas yang ditanam di bawah Laut Baltik untuk memasok gas Rusia ke Jerman.

Baca Juga

Laporan tersebut tidak mengungkapkan keterlibatan pejabat Ukraina. Tapi dipublikasikan saat Kiev mendesak sekutu-sekutu Barat untuk mempercepat pengiriman senjata berat untuk memukul mundur pasukan Rusia dalam perang yang sudah memasuki tahun kedua.

"Penyelidikan nasional sedang berlangsung dan saya pikir ada baiknya untuk menunggu sampai itu selesai sebelum mengatakan apapun mengenai siapa dalangnya," kata Sekretaris Jenderal Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg, Rabu (8/3/2023).

Penyelidikan mengenai penyebab pipa gas Nord Stream yang memasok gas Rusia ke Eropa pecah dan memuntahkan gas alam ke Laut Baltik pada September lalu masih dilanjutkan. Negara-negara Barat yakin ledakan itu disengaja tapi tidak mengungkapkan siapa yang meledakannya.

Rusia yang menuduh Barat menuntut penyelidikan transparan dan ingin berpartisipasi di dalamnya. Dalam laporan terpisah stasiun televisi Jerman ARD dan surat kabar Zeit melaporkan pelaku peledakan Nord Stream dilakukan lima pria dan satu wanita.

Media Jerman melaporkan pelaku menggunakan paspor palsu. Menurut jaksa dan laporan-laporan media tersebut, para pelaku memindahkan alat peledak ke kapal yacht yang disewa dari perusahaan Jerman milik warga Ukraina yang berbasis di Polandia.

"Kami harus memberi perbedaan yang jelas apakah itu kelompok Ukraina, apakah mungkin dilakukan atas perintah Ukraina, atau kelompok pro-Ukraina (yang melakukannya) tanpa sepengetahuan pemerintah," kata Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius.

"Tapi saya memperingatkan untuk tidak langsung memberikan kesimpulan," kata Pistorius di sela pertemuan di Stockholm.

Sebelumnya Pistorius mengatakan kemungkinan itu sama mungkinnya ledakan tersebut 'operasi palsu untuk menyalahkan Ukraina.'

Sementara Jerman mengkonfirmasi penyidik sudah menggeledah kapal yang digunakan memindahkan bahan peledak pada Januari lalu. Tapi jaksa federal mengatakan belum ada informasi yang dapat diandalkan mengenai motif dan pelakunya, termasuk apakah serangan itu didukung oleh negara.

"Tidak terdapat kecurigaan terhadap pegawai Jerman yang bekerja di perusahaan penyewa kapal," kata jaksa Jerman.

"Selama penyelidikan terhadap ledakan Nord Stream masih berlangsung," kami tidak bisa mengambil kesimpulan," kata Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell.

Baca juga : Direktur CIA: Masa Depan Intelijen Bergantung Perlombaan Teknologi dengan Cina

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement