Kamis 09 Mar 2023 08:37 WIB

Longgarkan Aturan Tes Covid, AS akan Permudah Masuknya Pelancong Cina

Keputusan untuk mencabut pembatasan ini datang pada saat hubungan AS-Cina memanas.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
File foto awak pesawat Air China dengan pakaian hazmat berjalan melalui area kedatangan di Bandara Internasional Los Angeles di Los Angeles, Selasa, 30 November 2021. Pemerintahan Joe Biden sedang bersiap untuk melonggarkan pembatasan pengujian Covid-19, khususnya bagi pelancong dari Cina paling cepat pada Jumat (10/3/2023).
Foto: AP/Jae C. Hong
File foto awak pesawat Air China dengan pakaian hazmat berjalan melalui area kedatangan di Bandara Internasional Los Angeles di Los Angeles, Selasa, 30 November 2021. Pemerintahan Joe Biden sedang bersiap untuk melonggarkan pembatasan pengujian Covid-19, khususnya bagi pelancong dari Cina paling cepat pada Jumat (10/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintahan Joe Biden sedang bersiap untuk melonggarkan pembatasan pengujian Covid-19, khususnya bagi pelancong dari Cina paling cepat pada Jumat (10/3/2023). Informasi ini disampaikan dua orang yang terkait di instansi pembuatan kebijakan tersebut, namun memilih anonim merahasiakan identitasnya.

Mengutip sumber anonim, pemerintah AS telah memutuskan untuk membatalkan persyaratan pengujian karena kasus, rawat inap dan kematian menurun di Cina. Dan AS telah mengumpulkan informasi yang lebih baik tentang kemungkinan ada tidak lonjakannya.

Baca Juga

Sebelumnya, pembatasan diberlakukan lagi pada 28 Desember 2022 dan mulai berlaku pada 5 Januari 2023 di tengah lonjakan infeksi di China. Kebijakan itu diambil setelah Cina alami kenaikan kasus secara tajam, akibat langkah pelonggaran pembatasan pandemi dan ketika pejabat kesehatan AS menyatakan Cina tak Jujur terkait jumlah infeksi dan kematian yang sebenarnya.

The Washington Post pertama kali melaporkan pada hari Selasa tentang langkah administrasi yang diharapkan. Saat itu, pejabat AS juga mengatakan pembatasan itu masih diperlukan, untuk melindungi warga dan komunitas AS, karena kurangnya transparansi dari pemerintah Cina tentang besarnya lonjakan atau varian yang beredar di negara itu.

Sebagai bagian dari tanggapannya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, awal tahun ini memperluas pengawasan genomik di beberapa bandara AS. Pengawasan genomik dilakukan, mengumpulkan sampel sukarela dari penumpang di dalam ratusan penerbangan mingguan dari Cina, dan pengujian air limbah di dalam pesawat.

Program Pengawasan Genomic Berbasis Pelancong akan terus memantau kedatangan pelancong dari Cina dan lebih dari 30 negara lainnya. Aturan yang diberlakukan pada bulan Januari mengharuskan pelancong yang masuk ke AS dari Cina, Hong Kong, dan Makau untuk melakukan tes Covid-19, tidak lebih dari dua hari sebelum perjalanan dan memberikan tes negatif sebelum naik ke penerbangan mereka.

Pengujian berlaku untuk siapa pun yang berusia 2 tahun ke atas, termasuk warga negara AS. Itu juga berlaku untuk orang-orang yang bepergian dari Cina melalui negara ketiga dan orang-orang yang terhubung melalui AS saat mereka pergi ke tujuan lain.

Siapa pun yang dinyatakan positif lebih dari 10 hari sebelum penerbangan dapat memberikan dokumentasi yang menunjukkan bahwa mereka telah pulih dari Covid-19 dengan hasil tes negatif.

Setelah akhirnya diserahkan kepada maskapai untuk mengkonfirmasi tes negatif dan dokumentasi pemulihan sebelum penumpang naik.

Cina telah mengalami lonjakan infeksi dan gelombang kematian, setelah akhirnya kasus demi kasus mereda kembali dengan kebijakan dari awal nol Covid berjalan pada awal Desember 2022. Hal ini juga terjadi setelah protes publik yang jarang terjadi terhadap kebijakan yang mengurung jutaan orang di rumah mereka dan memicu protes dan tuntutan agar Presiden Xi Jinping mengundurkan diri.

Tetapi ketika Cina melonggarkan aturan ketatnya, infeksi dan kematian lagi lagi melonjak. Hingga sebagian negara selama berminggu-minggu melihat rumah sakit di Cina kewalahan oleh pasien yang terinfeksi yang mencari pertolongan. Namun, pemerintah Cina lamban dalam merilis data tentang jumlah kematian dan infeksi.

Keputusan AS untuk mencabut pembatasan ini datang pada saat hubungan AS-Cina sedang memanas. Dimana sebelumya Biden memerintahkan menembak balon mata-mata Cina ditembak jatuh bulan lalu setelah melintasi benua Amerika Serikat.

Pemerintahan Biden juga telah mempublikasikan temuan intelijen AS yang menimbulkan kekhawatiran bahwa Beijing sedang mempertimbangkan untuk menyediakan persenjataan Rusia untuk perang yang sedang berlangsung di Ukraina.

Selasa pagi, Menteri Luar Negeri China Qin Gang memperingatkan bahwa Beijing dan Washington sedang menuju 'konflik dan konfrontasi' jika AS tidak mengubah arah. Namun komentar Qin muncul sehari setelah Xi dalam pidato tajam yang tidak biasa mengatakan bahwa negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat telah menerapkan penahanan, pengepungan, dan penindasan menyeluruh terhadap China.

Pejabat Gedung Putih berusaha meremehkan retorika panas dari Beijing. “Tidak ada perubahan sikap Amerika Serikat terkait hubungan bilateral ini,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby.

“Presiden yakin ketegangan itu jelas, harus diakui masih terjadi, tetapi masih bisa diselesaikan.”

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement