REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Asia Tenggara, Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka tertinggi untuk maternal overweight atau kelebihan berat badan pada ibu hamil dan pasca melahirkan. Hal itu berdasar pada laporan Southeast Asia Regional Report 2021 dari UNICEF tentang Nutrisi Ibu dan Makanan Pendamping.
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan Boy Abidin mengatakan bahwa ibu hamil kerap mengidam berbagai makanan yang jika itu tidak dikontrol, maka bisa berdampak pada penambahan berat badan. Meskipun mengidam adalah hal wajar, Boy mengingatkan agar ibu hamil juga tetap memperhatikan kualitas dan komposisi makanan yang dikonsumsi saat hamil.
"Karena kalau udah overweight dampaknya banyak banget,” kata Boy dalam konferensi pers peluncuran Anmum Lite di Gunawarman, Kamis (9/3/2023).
Kelebihan berat badan dan bahkan obesitas di masa kehamilan sangat berbahaya karena bisa menyebabkan diabetes, preeklamsia, hingga kelahiran bayi pra matang. Boy menjelaskan, kondisi diabetes memiliki berbagai dampak bagi janin serta sang ibu, termasuk meningkatkan risiko hipertensi pada kehamilan hingga preeklamsia.
Preeklamsia sendiri merupakan kondisi akibat dari tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol pada ibu hamil. Jika tidak segera ditangani ini bisa berkembang menjadi eklamsia dan memiliki komplikasi yang fatal baik bagi ibu maupun janinnya.
"Kelahiran bayi pra matang ini terjadi ketika ibu hamil terpaksa melahirkan bayinya sebelum cukup bulan. Ini sangat jelas berbahaya bagi kesehatan bayi dan ibunya. Jadi agar tidak terjadi semua risiko itu, jaga agar tidak kelebihan badan saat hamil," kata Boy.
Lantas berapa berat badan ideal selama kehamilan? Menurut Boy, jawabannya tergantung pada berat badan ibu sebelum hamil.
Bagi ibu yang memiliki berat badan normal atau indeks massa tubuhnya di angka 18,5-24,9 sebelum hamil, disarankan untuk menaikkan berat badan sebanyak 11,3 sampai 15,9 kilogram selama hamil.