Kamis 09 Mar 2023 21:57 WIB

IDI Sebut Masker Sudah Boleh tak Dipakai di KRL-Transjakarta

Saat ini vaksinasi yang sudah berjalan hingga tahap booster.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah penumpang menaiki KRL di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Rabu (9/3/2022). Ketua Satgas Covid-19 PB IDI DR dr Erlina Burhan mengatakan, masyarakat sebenarnya sudah boleh melepaskan masker di kendaraan umum seperti KRL ataupun Transjakarta.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah penumpang menaiki KRL di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Rabu (9/3/2022). Ketua Satgas Covid-19 PB IDI DR dr Erlina Burhan mengatakan, masyarakat sebenarnya sudah boleh melepaskan masker di kendaraan umum seperti KRL ataupun Transjakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Satgas Covid-19 PB IDI DR dr Erlina Burhan mengatakan, masyarakat sebenarnya sudah boleh melepaskan masker di kendaraan umum seperti KRL ataupun Transjakarta. Hal itu, mengingat vaksinasi yang sudah berjalan hingga tahap booster.

“Iya (boleh) kalau udah sehat sudah divaksin booster, nggak pakai masker tidak apa-apa,” kata Erlina kepada awak media di kantor pusat PB IDI, Jakarta, Kamis (9/3/2023).

Baca Juga

Dia menjelaskan, saat ini banyak negara juga sudah menanggalkan kewajiban bermasker di transportasi umum dan ruang publik. Namun demikian, pihaknya tetap mengimbau agar mengenakan masker di kondisi tertentu.

“Contohnya saat sakit autoimun atau ada komorbid berat dan lansia,” kata dia.

Hal itu, dianjurkan pihaknya untuk tetap terhindar dari Covid-19 maupun penyakit-penyakit berpotensi lainnya. Karenanya, dia menyarankan untuk mendapatkan vaksinasi dan booster lengkap.

“Gak pakai masker nggak apa-apa, ataupun di KRL maupun di bus atau mal, (tapi) kalau sakit, ya pakai masker,” ucap dia. Namun demikian, KRL dan Transjakarta hingga kini diketahui masih mewajibkan penumpangnya mengenakan masker di dalam kendaraan.

Di lokasi yang sama, Ketua Umum PB IDI DR dr Moh. Adib Khumaidi mengatakan, pandemi Covid-19 saat ini memang sudah lebih terkondisikan. Menurut dia, dampak selama tiga tahun terakhir sangat besar, namun, ada pembelajaran dan perubahan sejarah kesehatan di dunia dan Indonesia.

“Ini (Covid-19) memberikan sejarah baru di bidang kesehatan dan pengelolaan kesehatan. Sejarah baru di bidang pengembangan kesehatan juga,” kata Adib.

Dirinya menyinggung, Indonesia yang awalnya tertinggal dalam penanganan, karena keyakinan Covid-19 tidak akan masuk. Menurutnya, dengan kesadaran saat ini, hal tersebut seharusnya bisa tertangani jika ada pandemi lagi ke depannya.

“Ke depan bukan tidak mungkin akan muncul pandemi lebih besar, kita harus persiapkan kesehatan masyarakat dengan preventif dan promotif,” ucapnya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement