Jumat 10 Mar 2023 14:33 WIB

Xi Jinping Terpilih Kembali, Jadi Presiden China untuk Tiga Periode Berturut-turut

Ini membuat Xi Jinping menjadi pemimpin paling kuat di Cina dalam beberapa generasi.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
 Presiden China Xi Jinping bertepuk tangan saat sesi pembukaan Kongres Konsultatif Politik Rakyat China (CPPCC) di Aula Besar Rakyat di Beijing, 4 Maret 2023. Kongres Rakyat Cina (NPC) memberikan mandat kepada Xi Jinping kembali menjadi Presiden Cina, di masa jabatan lima tahun ketiganya, pada Jumat (10/3/2023). Jabatan presiden tiga kali berturut-turut ini belum pernah terjadi sebelumnya di Cina.
Foto: AP Photo/Andy Wong
Presiden China Xi Jinping bertepuk tangan saat sesi pembukaan Kongres Konsultatif Politik Rakyat China (CPPCC) di Aula Besar Rakyat di Beijing, 4 Maret 2023. Kongres Rakyat Cina (NPC) memberikan mandat kepada Xi Jinping kembali menjadi Presiden Cina, di masa jabatan lima tahun ketiganya, pada Jumat (10/3/2023). Jabatan presiden tiga kali berturut-turut ini belum pernah terjadi sebelumnya di Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kongres Rakyat China (NPC) memberikan mandat kepada Xi Jinping kembali menjadi presiden China, di masa jabatan lima tahun ketiganya, pada Jumat (10/3/2023). Jabatan presiden tiga kali berturut-turut ini belum pernah terjadi sebelumnya di China.

Keputusan Kongres Rakyat China ini menutup kesempatan petinggi PKC lain dan membuat Xi menjadi pemimpin paling kuat di negara itu dalam beberapa generasi. Keputusan itu direstui hampir 3.000 anggota parlemen China, Kongres Rakyat Nasional, memilih dengan suara bulat di Aula Besar Rakyat untuk memilih Xi menjadi presiden dalam pemilihan di mana tidak ada kandidat lain.

Baca Juga

Xi Jinping yang kini berusia 69 tahun juga menerima suara bulat untuk masa jabatan ketiga sebagai ketua Komisi Militer Pusat negara itu. Setelah terpilih kembali, Xi mengangkat sumpah dengan tangan kanannya dan meletakkan tangan kirinya di atas salinan kulit merah konstitusi Cina.

“Saya bersumpah akan setia pada konstitusi Republik Rakyat Cina, menjunjung tinggi wibawa konstitusi, menjalankan kewajiban undang-undang, setia kepada ibu pertiwi, setia kepada rakyat,” ujarnya berjanji dan akan menunaikan tugasnya dengan jujur ​​dan kerja keras.

Dilansir Channel News Asia, pengambilan sumpah Xi untuk ketiga kalinya ini disiarkan langsung di seluruh televisi negara tirai bambu tersebut, Jumat (10/3/2023). Xi bersumpah membangun negara sosialis modern yang makmur, kuat, demokratis, beradab, harmonis, dan hebat.

Babak baru telah ditetapkan untuk menjalankan lima tahun perjalanan ketiga Xi, setelah perubahan konstitusi negara ini pada 2018 yang menghapus batas masa jabatan presiden.

Pemungutan suara pada Jumat sebagian besar bersifat seremonial karena Xi telah mengunci masa jabatan ketiga yang bersejarah sebagai ketua Partai Komunis Cina pada kongres partai besar Oktober lalu. Dengan begitu, ia menyegel posisinya sebagai penguasa paling kuat di China sejak Mao Zedong.

Sebelumnya, perubahan kepemimpinan negara terjadi setiap lima tahun dan biasanya sangat mirip dengan perombakan yang diumumkan di kongres partai. Sementara Zhao Leji, 66 tahun, terpilih sebagai ketua parlemen yang baru dan Han Zheng, 68 tahun, sebagai wakil presiden yang baru. Keduanya berasal dari tim pemimpin pendukung Xi sebelumnya di Komite Tetap Politbiro.

Langkah kepemimpinan baru

Selama pemungutan suara hari Jumat, Xi mengobrol santai dengan perdana menteri yang sedang menunggu Li Qiang, yang duduk di sebelah kirinya dan siap untuk dikonfirmasi pada Sabtu sebagai posisi No 2 China, peran yang menempatkan mantan ketua Partai Shanghai dan sekutu dekat Xi ini akan bertugas mengatur perekonomian.

Pejabat lain yang disetujui Xi juga akan dipilih atau ditunjuk untuk jabatan penting pemerintah selama akhir pekan mendatang, termasuk wakil perdana menteri, gubernur bank sentral, dan banyak menteri serta kepala departemen lainnya.

Sesi parlemen tahunan, yang pertama sejak Cina mencabut tiga tahun pembatasan Covid-19, akan berakhir pada Senin, ketika Xi akan memberikan pidato yang akan diikuti dengan sesi tanya jawab media oleh Li Qiang.

Selama sesi hari Jumat, Xi dan puluhan pemimpin puncak lainnya di atas panggung tidak mengenakan masker, tetapi semua orang di auditorium yang luas itu mengenakannya.

China tiba-tiba mengakhiri kebijakan nol-Covid pada bulan Desember setelah protes nasional yang sangat tidak biasa terhadap kebijakan tersebut. Gelombang berikutnya menginfeksi sebagian besar dari 1,4 miliar orang China, tetapi China belum merilis penghitungan lengkap jumlah kematian terkait.

Xi, yang telah membawa China ke arah yang lebih otoriter sejak mengambil kendali satu dekade lalu, memperpanjang masa jabatannya di tengah hubungan yang semakin panas dengan Washington dan Barat terkait Taiwan. Di sisi lain, dukungan Beijing terhadap Rusia, perdagangan, dan hak asasi manusia semakin kuat.

Di dalam negeri, negara yang memiliki ekonomi terbesar kedua di dunia ini menghadapi pemulihan yang menantang dari tiga tahun kebijakan nol-Covid Xi. Di antaranya kepercayaan yang rapuh di antara konsumen dan bisnis dan permintaan global yang lemah untuk ekspor China.

Perekonomian China kini hanya tumbuh 3 persen tahun lalu, di antara kinerja yang terburuk dalam beberapa dekade. Selama sidang parlemen, akhirnya Beijing menetapkan target pertumbuhan sederhana untuk tahun ini hanya sekitar 5 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement