REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menyatakan, suhu udara panas yang terasa di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak dipengaruhi aktivitas vulkanik Gunung Merapi, pada Sabtu (11/3/2023). "Tidak berhubungan dengan aktivitas Merapi," kata Prakirawan Cuaca Stasiun Meteorologi Yogyakarta M Nur Hadi, dalam keterangannya di Yoyakarta, Sabtu.
Nur Hadi mengatakan, suhu maksimum harian di DIY terakhir tercatat mencapai 33 derajat Celcius. Suhu udara tersebut, kata dia, disebabkan oleh cuaca cerah berawan dengan kecepatan angin kurang signifikan.
"Sehingga radiasi sinar matahari banyak diterima permukaan bumi," ujar dia.
Gunung Merapi di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meluncurkan awan panas guguran pada Sabtu, pada pukul 12.12 WIB ke arah Kali Bebeng atau Kali Krasak. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) meminta masyarakat menjauhi jarak bahaya 7 kilometer dari puncak Gunung Merapi di alur Kali Bebeng dan Krasak.
Hingga saat ini BPPTKG belum memberikan laporan resmi terkait jarak luncur awan panas guguran tersebut. Sebagian wilayah di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dilaporkan terdampak hujan abu dari awan panas guguran Merapi tersebut.
Petugas Pemantau Gunung Merapi Pos Babadan Yulianto di Magelang, Sabtu, mengatakan sejumlah desa yang telah melaporkan terjadi hujan abu, antara lain Paten, Keningar, Mangunsuko, Dukun, dan Sengi untuk wilayah Kabupaten Magelang. Kemudian untuk wilayah Boyolali, yakni Tlogolele, Klakah, Jrakah, Wonolelo, dan Krogowanan.